Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 18 Juli 2013

Gara-gara Fitroh dan Andre


Awalnya kami sedang jalan-jalan ke book fair. Suka saja tiap melihat tumpukan buku-buku yang tertata menarik. Langkah kami tertuju  pada stand buku paling pojok. Kalau stand yang lain lebih memajang buku-buku agama, stand pojok satu ini juga memajang novel-novel. Fitroh pun tergoda ketika melihat ada kumpulan novel yang entah siapa pengarangnya, jujur saya benar-benar baru mengenalnya dan mendengarnya kala itu. Rasa penasaran pun tumbuh mencokol dalam batin saya dan seperti biasa berbondong-bondong pertanyaan saya tembakkan pada adik kos saya ini. Rasa penasaran pun semakin menggelitik lebih dalam ketika mendengar penjelasan panjang lebar dari Fitroh. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dan Ayahku (Bukan) Pembohong langsung diculik Fitroh malam itu. Sementara saya berhasil menculik Gurunya Manusia karya Munif Chatib.

Sesampai di kos, Gurunya Manusia langsung saya lahap. Belum habis melahap Gurunya Manusia, saya semakin digelitiki oleh dua buah karya Tere Liye yang telah diculik Fitroh tadi malam. Tak sanggup menahan rasa penasaran, akhirnya Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin pun ganti saya culik. Luar biasa, tidak ada setengah hari, saya mampu melahap novel karya Tere Liye ini. Bahkan saya sampai menangis sambil berlindung di balik bantal ketika membaca kisah Tania dalam novel tersebut.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”

Sebuah quotes yang menancap dalam otak dan hati saya selepas membaca kisah Tania. Novel ini benar-benar mengantarkan saya untuk gandrung pada karya-karya Tere Liye yang lain. Dalam novel lain, kisah Dam yang terangkum dalam Ayahku (Bukan) Pembohong membuat saya mengerti bahwa ada berbagai cara seorang ayah untuk menyampaikan rasa sayang pada anaknya. Ada berbagai cara seorang ayah untuk mengajarkan arti hidup pada anaknya.

Fitroh hanya punya dua novel karya Bang Tere. Kebingungan pun mulai melanda kala rasa penasaran untuk mengarungi kisah fiktif Bang Tere yang lain semakin memuncak. Namun, kebingungan itu segera teratasi ketika saya berhasil mempengaruhi seseorang lewat Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, hahaha. Andre, orang ini benar-benar teracuni oleh kisah Tania hingga ia dengan sukarela melahap kisah ini sampai 3x. Kisah Dam pun juga saya berikan dalam rangka menambah dosis racun untuk Andre. Alhamdulillah racun-racun ini bekerja dengan sangat efektif. Saya sangat berterima kasih pada dia, karena setelah teracuni, Andre justru dengan semangat memburu novel-novel Bang Tere dan dengan senang hati meminjamkannya kepada saya. Terima kasih Andre, telah mengatasi kebingungan saya. Semoga Tuhan membalas kebaikanmu selama ini. Terima kasih Fitroh, telah mengenalkan saya pada Bang Tere, sosok yang benar-benar sangat menginspirasi. Ayoo, kapan kita ke gramed lagi, hihihi…

Alhamdulillah, berkat Fitroh dan Andre, sampai sekarang saya telah melahap beberapa novel Bang Tere, diantaranya :
  1. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
  2. Ayahku (Bukan) Pembohong
  3. Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
  4. Berjuta Rasanya
  5. Sepotong Hati Yang Baru
  6. Negeri di Ujung Tanduk
  7. Bidadari-bidadari Surga
  8. Negeri Para Bedebah
  9. Sunset Bersama Rosie
  10. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
  11. Burlian (dalam proses melahap)
Setelah Burlian, berharap melahap Pukat dan setelah itu harus berjuang memburu novel-novel Bang Tere yang lain, meskipun mungkin sudah tidak bisa mengandalkan pinjaman dari Andre, hahaha. Ayooo, SEMANGAT MEMBACA!!! Bagaimanapun caranya, chayooo Amriiiiihhhhh….^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^