Get Gifs at CodemySpace.com

Senin, 20 Februari 2012

Gelisahmu, Ibu....


Malam ini, sekitar pukul 19.45 WIB, handphoneku berdering. Nada dering Mother dari Seamo pun terdengar begitu riang dan penuh semangat bagiku.

M Waluyo M3 is calling...

Suasana anak-anak kos yang sedang menikmati camilan setelah berbuka, sampai dianggap seperti pasar bubrah, kata masku, aku pun tertawa dibuatnya. Sambil mengajari Dek Esti tentang limit dalam Matematika, aku pun ngobrol dengan mas yang sangat perhatian dengan keluargaku ini.
Tiba-tiba, ia mengatakan , " Iki, ibu meh ngendika dik..."
"oh ya mas,,", jawabku.

"Hallo, assalamu'alaykum..."
"Wa'alaykumussalam,,,,piye saiki Dik? Wis mari durung...?"
"Alhamdulillah Bu,,,Amrih pun mboten napa-napa kok,,Ibu pripun..."

Selanjutnya, hanya isak tangis tersembunyi yang kudengar dari 2600classic milikku...

"Ibu kenging napa?"

hening....


Dengan sesenggukan, ibuku mulai bercerita, dan aku pun mendengarkan dengan penuh sayang kepadanya.
Tanpa terasa, bulir air mata mengalir di pipiku, tapi kutahan, ku tak ingin beliau mendengarnya. Namun,aku tak kuasa...

Menangislah kami bersama dalam dinginnya malam ini...

"Bu, Amrih tak wangsul nggih..."
"Ora usah, sing penting kowe wis sehat, Ibu ayem,,, Ibu lega wis crita Dik..."

"Bu, aku tahu engkau butuh teman,", batinku berkata lirih.

Aku baru sadar, entah mengapa, saat hendak Sholat Maghrib, aku ingin sekali mengucapkan selamat menunaikan Sholat Maghrib untuk Bapak dan Ibu. Dan ternyata.....


Ibu, tunggulah aku, meskipun keadaanku seperti ini, aku akan segera pulang untukmu,,,
Janganlah menangis lagi, aku ingin engkau tersenyum,,
Aku tahu kegelisahanmu Ibu, engkau adalah wanita tegar,,,

Tunggulah aku... :'(


@ Rumah Mawaddah, pukul 23.18 WIB

MALU, MAHKOTA TERINDAH PEREMPUAN


Kini kita kembali ke zaman jahiliyah. Zaman di mana hampir semua orang tidak memiliki rasa malu. Tak terkecuali perempuannya. Sifat-sifat jahiliyah perempuan : tomboi, membuka aurat, tabarruj (bersolek), campur baur dengan laki-laki, kini sudah mendarah daging.
Rasa malu yang meskinya menjadi mahkota terindahnya sudah tidak lagi terjaga. Dandanan atau style terkini menjadi pilihan utama para perempuan kita. Tak peduli apakah style tersebut mencerminkan diri seseorang seutuhnya (prinsip diciptakan manusia) atau tidak, yang penting mengikuti yang ada. Perempuan akan merasa bangga mengikuti mode terkini meski harus menjual harga dirinya sebagai makhluk yang suci.
Sangat sulit saat sekarang untuk tidak mendapati perempuan tak punya rasa malu. Di mana pun tempat selalu menemukannya. Di jalan raya, di kampus, atau di mana pun tempat, selalu terlihat perempuan dengan pakaian minim. Media elektronik dan cetak menampilkan perempuan dengan busana minim. Bahkan di televise, adegan ciuman dengan lawan jenis bukan lagi menjadi hal yang tabu.
Dengan begitu, maka perempuan akan diremehkan harga dirinya. Kesucian tiada tara, yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, seketika akan menjadi luntur. Luntur karena keindahan kamuflase sesaat. Alhasil, dengan adanya perempuan yang menggunakan pakaian seadanya, bergaul tanpa batas, akan menjadikan laki-laki dengan mudah mengajaknya untuk berbuat yang tidak diperkenankan oleh agama, social, dan negara.
Seorang laki-laki dipastikan akan menganggap remeh perempuan yang menggunakan pakaian dengan mengumbar auratnya dan/atau bergaul seenaknya. Berbeda dari perempuan yang selalu menjaga diri dengan rasa malunya. Perempuan yang memiliki rasa malu, meski tidak bercadar, akan selalu berpakaian rapi dan menjaga seluruh auratnya.
Perempuan-perempuan yang memiliki rasa malu ini akan memiliki kedudukan lebih tinggi di hadapan laki-laki dan masyarakat. Meski pakaian yang dikenakan tidak semegah yang dikenakan para pengikut mode, namun penghargaan yang diberikan kepadanya akan jauh lebih tinggi. Tidak mungkin seorang laki-laki berpikir untuk berbuat tidak senonoh kepadanya, apalagi hingga melakukan aksi. Kaum laki-laki dipastikan akan menghargai keberadaannya.
Bukan hanya dalam keseharian penghargaan perempuan yang memiliki rasa malu menduduki posisi lebih tinggi dibanding dengan perempuan yang hilang rasa malunya. Saat seorang laki-laki akan membangun rumah tangga, dipastikan seorang laki-laki akan memilih perempuan yang memiliki rasa malu. Dengan perempuan yang memiliki rasa malu, dirinya meyakini akan memulai mendirikan bangunan rumah tangga yang menyejukkan hati.
Perempuan yang memiliki rasa malu dipastikan memiliki rasa amanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan tanpa rasa malu. Mereka akan menjaga nama baik suaminya, sabar, dan dapat diharapkan menjadi istri yang baik. Dirinya akan setia semenjak dunia hingga akhirat.  Dan inilah sebenarnya hakikat pernikahan, bukan sekadar jalan melampiaskan nafsu dunia belaka.
Berbeda dari perempuan tanpa rasa malu. Dirinya dipastikan hanya menjadi istri yang dapat membahagiakan sesaat. Dirinya akan dinikmati suaminya dalam jangka yang relative singkat. Seorang suami dipastikan akan cepat bosan dengannya, karena jika dirinya menyukai perempuan tanpa rasa malu, berarti dirinya hanya mencintai karena nafsu. Dan dipastikan dirinya akan cepat bosan. Apalagi saat menjadi istri, seorang perempuan dengan tanpa rasa malu akan meminta hal-hal yang jauh di luar kemampuan suaminya.
Peradaban
Disadari atau tidak, perempuan adalah tongkat estafet peradaban. Perempuan yang memiliki rasa malu akan menghasilkan peradaban luhur. Perempuan tanpa rasa malu akan menghasilkan peradaban negative. Saat seorang perempuan telah menjadi ibu, dirinya akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Apapun yang dilakukan perempuan (baca : ibu) akan selalu terekam kuat dalam memori anak-anaknya. Mereka akan menirukan segala jenis perilaku dan ucapan yang ada pada ibunya. Maka dari sinilah saat ibu salihah, maka anak dimungkinkan besar akan menjadi anak yang salih dan salihah. Saat ibunya tidak salihah, jangan harap anaknya menjadi salih dan salihah.
Maka tidak heranlah saat Rasulullah SAW sejak jauh hari sudah berpesan : “Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).
Perempuan adalah tiang negara, hancur atau majunya suatu negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya.
 ------------Indaryati, ibu rumah tangga, tinggal di Gunungkidul--------------


__Rumah Mawaddah, pukul 22.42 WIB___ 

Rabu, 12 Oktober 2011

RENUNGKAN DENGAN NURANIMU YANG SUCI!!!!

Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri dan saudara-saudaraku yang insya Allah akan tetap mencintai Allah dan rasul-Nya di atas segalanya, karena hanya dengan cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna, lebih indah.....

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudaraku yang kerapkali terisi oleh cinta selain-Nya, yang mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan karena-Nya. Lalu di ruang hatinya yang kelam, merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah dimana keikhlasan....
Meski saat itu kurasakan kekecewaan dan kelelahan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia hanya melihat kesungguhan dalam berproses....

Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku dan jiwa saudara-saudaraku yang mulai lelah menapaki jalan-Nya, yang mulai seringkali mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah mengampuni dosanya.

Surat ini kutujukan untuk ruhku dan ruh saudara-saudaraku yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu dimanakah kejujuran diletakkan...? dan kini terabaikan sudah secara nurani yang bersih, saat ibadah hanya rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu. Coba lihatlah....apakah hatimu tertawa? Menangis? Atau merana...?

Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri dan saudaraku yang sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih di hadapan-Nya selain ketaqwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa pasti akan mati, tapi kita masih bergulat dengan kefanaan.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara-saudaraku yang mulai mati, saat tiada getar saat asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, saat tiada rasa dosa ketika mendzolimi diri dan saudaranya.

Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit. Jangan biarkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya, hanya dengan kekuatan dari-Nya...

Wallahua'lam bishowab


Sumber : Dari secarik kertas dengan sedikit perubahan

Lorong Zona Ibadah dan Zona Keluarga
Rumah Mawaddah
23:58

Selasa, 11 Oktober 2011

Cerita PPL (part 1)

Tepat satu bulan yang lalu, yaitu 12 September 2011, aku bersama 18 Laskar PPL SMP N 1 Kartasura memulai sebuah kehidupan baru. Sebuah kehidupan untuk membangun mental kami, mengasah kemampuan kami dalam mengajar, mendidik, dan kemampuan kami dalam berinteraksi, bersosialisasi dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

Pada minggu pertama PPL, terasa sangat membosankan. Bayangkan saja, setiap hari kami datang ke sekolah itu dan kegiatan kami hanya observasi sebentar, setelah itu???tak ada pekerjaan (atau kami yang tak mampu mencari kesibukam???) dan hanya duduk, ngobrol,hmmmm.....benar-benar tak nyaman. Sempat 1x saat minggu pertama tersebut saya mencoba mengisi jam kosong, tepatnya di kelas VIII F jam terakhir, yaitu saat mata pelajaran Seni Tari. Seperti biasa, guru yang seharusnya mengajar hanya memberi tugas untuk mengerjakan LKS. Padahal, tugas seperti itu adalah tugas yang sangat dibenci anak-anak (saya bisa melihat dari ekspresi mereka saat mendengar tugas tersebut). Akhirnya, karena kebetulan tugas tersebut tidak dikumpulkan, anak-anak pun meminta untuk PR saja. Jam kosong pun saya isi dengan permainan dengan dipandu oleh teman PPL saya, Nur Anif, dari PPKn.

Minggu selanjutnya adalah jadwal untuk les cara mengajar dari masing-masing guru pamong. Guru pamong saya adalah Ibu Heni, guru mata pelajaran Matematika untuk kelas VIII. Beliau adalah seorang guru yang tegas, humoris, jelas dalam mengajar, dan asyik dalam bergaul. Pokoknya beliau adalah sosok guru yang bisa menyesuaikan situasi dan kondisi. Banyak hal yang bisa kami pelajari dari Bu Heni. Menurut Bu Heni, aku dan Nabila, partner PPLku dari pendidikan Matematika, tidak perlu terlalu lama mengikuti model les mengajar ini. Akhirnya, pada hari kedua dalam minggu les mengajar, kami sudah dipercayakan untuk memulai mengajar. Wow!!! Tak dapat kami sangkal, kami saat itu benar-benar deg-degan. Maklum saja, mental kami belum siap. Meskipun untuk tatap muka pertama dengan para siswa cukup diisi dengan perkenalan terlebih dahulu, tetap saja rasa dag dig dug itu tak dapat dihindarkan.

Nabila mendapat jatah untuk memegang kelas VIII E, sedangkan saya mendapat jatah memegang kelas VIII D. Meskipun demikian, kadang saya juga ikut Nabila mengajar kelas VIII E, dan begitu pula sebaliknya dengan Nabila. Baik kelas VIII D maupun kelas VIII E, keduanya sama-sama menyenangkan. Ikuti terus ceritaku yaaa..... ^_^

Lorong Zona Ibadah dan Zona Keluarga
Rumah Mawaddah
23:33 WIB

Minggu, 18 September 2011

My Love...

Teruntuk seseorang dalam takdirku.....

An empty street
An empty house
A hole inside my heart
I'm all alone and the rooms are getting smaller

I wonder how, I wonder why
I wonder where they are
The days we had, the songs we sang together
And oh my love
I'm holding on forever
Reaching for a love that seem so far

So I say a little prayer
And hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again, my love
Overseas from coast to coast
To find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again, my love

I try to read
I go to work
I'm laughing with my friends
But I can't stop to keep myself from thinking

I wonder how, I wonder why
I wonder where they are
The days we had, the songs we sang together
And oh my love
I'm holding on forever
Reaching for a love that seem so far

To hold you in my arms
To promise you my love
To tell you from the heart
You're all I'm thinking of

I'm reaching for a love seem so far


Rumah Mawaddah
14:58 WIB 

Jumat, 16 September 2011

Doa Sayyidah Fatimah az-Zahra Memohon Kebaikan Akhlak dan Perbuatan yang Diridhoi

Ya Allah, dengan ilmuMu atas segala yang gaib dan kekuasaanMu atas segala makhluk...
Hidupkanlah aku selama Engkau ketahui bahwa kehidupan itu lebih baik bagiku...
Matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku...

Ya Allah, aku memohon kepadaMu kalimat ikhlas...
Rasa takut padaMu dalam suka dan marah...
Dan kesederhanaan ketika kaya dan miskin...
Aku mohon kepadaMu kenikmatan yang tidak pernah habis...
Aku mohon kepadaMu kebahagiaan yang tidak pernah terhenti...
Aku mohon kepadaMu keridhoan untuk menerima ketentuan...
Aku mohon kepadaMu kesejukan kehidupan setelah kematian...
Aku mohon kepadaMu untuk dapat memandang wajahMu...
Merindukan pertemuan denganMu tanpa derita yang menyengsarakan dan tanpa cobaan yang menggelapkan...

Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman ...
Jadikanlah kami pembaca petunjuk yang diberi petunjuk...
Wahai Tuhan pemelihara alam semesta...


Dalam Munajat Cinta (Dwilogi Novel Religius Pencarian Jati Diri Manusia oleh Taufiqurrahman Al-Azizy)


Kamar no. 3 Rumah Mawaddah
04:51

Rabu, 14 September 2011

Saya Suka dan Saya Senang

Saya suka, saya senang, saat seseorang yang saya anggap lebih dari saya, yang saya segani, yang menyayangi saya, yang saya hormati, memanggil saya dengan panggilan :

"Ndhuk....."

Ahhh....
Lega,,sejuk,,damai,,aman rasanya saat kata itu ditujukan untuk saya. Serasa diayomi, dilindungi, dan..... entahlah saya tak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaan saya...:)
Mungkin suatu saat, panggilan yang saya senangi ini akan berubah seiring dengan perubahan yang ada pada diri saya dan juga lingkungan di sekitar saya. Namun, yang jelas untuk saat ini, saya nyaman sekali jika dipanggil dengan sebutan ' Ndhuk...'


Malam selepas hujan di kamar no. 3
Rumah Mawaddah 23:22 WIB