Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 13 Juni 2013

Bang Tere ^_^



Minggu, 9 Juni 2013 adalah hari yang saya tunggu-tunggu waktu itu. Ada apa ta??? Tenang saudara-saudara, sabar.. sabar.. saya pasti adakan konferensi pers (alay banget si???). Jadiii, pada hari itu, saya ada jadwal bertemu dengan novelis favorit saya, hihihi, Darwis Tere Liye alias Bang Tere. Masih nggak tahu itu siapa??? Hadeeehh, itu lho penulis novel Hafalan Shalat Delisha, Negeri di Ujung Tanduk, Negeri Para Bedebah, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Ayahku ( Bukan ) Pembohong, Sepotong Hati Yang Baru, de el el. Pagi itu saya sungguh-sungguh berterima kasih yang teramat sangat buat emak dan tetehku tersaiiyyyaang ( Mak Fairuz dan Teteh Nisa) yang sudah berjuang mati-matian berangkat dari kos jam 6 pagi dan mendapatkan tempat duduk yang Te O Pe Be Ge Te, barisan paling depan broo, belakang tempat duduk Bang Tere \(^_^)/. Emaaaakkk….Teteeeehhh….. muaaachhh… hehehe

Pukul 8 acara telah dimulai, dua pembicara telah datang, sementara Bang Tere belum terlihat ujung rambutnya. Saya sudah penasaran seperti apa ta novelis yang saya tunggu-tunggu ini?? Apakah beliau akan benar-benar datang?? Tidak berapa lama kemudian, beberapa panitia menawarkan sesuatu pada peserta seminar nasional yang sedang saya ikuti ini. Bagi peserta yang membawa novel Tere Liye dan ingin mendapatkan tanda tangan asli dari Sang Penulis, diminta untuk mengumpulkan novelnya. Fiuuuhhhh,,,rasanya seneeeenng banget ternyata Bang Tere sudah datang. ^_^
Sambil menunggu Bang Tere menyelesaikan goresan tanda tangannya di luar sana, saya pun menikmati sajian dari panitia penyelenggara seminar. Daaaaannnn,, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sosok laki-laki berkulit putih, agak kurus, nggak begitu tinggi, memakai celana jeans biru, sandal jepit merk Swallow berselempang hijau, sweater coklat, kethu hijau, bawa ransel hitam, bermata sipit, berjalan cepat dan sangat gesit menyusuri jalan tengah di antara peserta ikhwan dan peserta akhwat. Sesampai di bagian paling depan, sosok laki-laki itu bingung akan duduk di mana. Akhirnya sambil menunggu disilakan naik ke panggung, beliau memilih untuk duduk di kursi peserta ikhwan di barisan paling depan. Saya langsung ribut dan heboh sendiri, bertanya-tanya pada Fitroh (adik kos saya yang kebetulan juga duduk di samping kanan saya), “Itukah Tere Liye???”
Ya, itulah Darwis Tere Liye, novelis yang saya tunggu-tunggu kedatangannya. Rasa penasaran saya pun terjawab sudah. Novelis yang bagi saya begitu keren pola pikirnya, terlihat dari gaya menulis beliau dalam setiap novelnya, ternyata adalah sosok yang sangat sederhana, sesederhana jalan pikirnya, serta sosok yang tidak suka dengan basa-basi. Bapak satu anak ini juga merupakan  akuntan dan juga seorang dosen. Alhamdulillah Ya Rabb, akhirnya Engkau telah mengabulkan permintaanku untuk bisa melihat langsung seseorang yang menjadi salah satu inspirator hidup saya. Bang Tere kala itu mengatakan, bahwa beliau hanyalah seorang yang pandai membuat cerita fiksi. Beliau bukanlah orang yang bermaksud menggurui dan quotes dalam fanpagenya itu belumlah tentu benar, karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Beliau hanya ingin menanamkan dan mengajak mindset kita agar seperti quotes yang ia tuliskan di FPnya ataupun pesan-pesan dalam novelnya. Salah satu pesan Bang Tere pada hari itu terangkum dalam 5 pondasi atau 5 kaki, diantaranya :
  1. Semua kita adalah spesial
  2. Taklukkan kemalasan
  3. Kompetitor terbesar kita adalah diri sendiri
  4. Ketekunan adalah kunci segalanya
  5. Lakukan yang terbaik, tidak ada resep/tips spesial untuk menjadi spesial
Setelah ketiga pembicara selesai menyampaikan materi, mereka bertiga kembali duduk di kursi pembicara, lebih tepatnya di depan barisan tempat duduk saya, Mak Fair, Teteh Nisa, dan Fitroh, tidak kurang dari satu meter jarak antara saya dan Bang Tere, hehehe… ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^