Get Gifs at CodemySpace.com

Rabu, 22 April 2015

Aku dan Ban



www.reverbnation.com

Telah seperempat abad aku hidup di dunia. Telah seperempat abad aku menghabiskan jatah umur yang sudah ditentukan Sang Maha Pencipta. Entah tinggal seperberapa abad aku masih diberi kesempatan untuk merasakan setiap nikmat dariNya. Mungkin tak sampai hitungan seberberapa abad, tapi tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, atau bahkan detik -meski dari tahun hingga detik ini tetap masuk dalam hitungan sepersekian abad-. Ah, entahlah, sejujurnya aku belum berani membayangkan sisa dari jatah umurku sendiri. Banyak hal yang telah kulalui,
tapi tetap saja rasanya aku masih belum bisa memberikan arti. Memberikan arti akan untuk apa sebenarnya aku diciptakan? Tidak, aku paham bahwa Allah menciptakan diri ini tidak lain dan tidak bukan hanyalah agar aku beribadah kepadaNya.

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu.”
(Q.S. Adz Dzariyat: 56)

Ya, beribadah itu bukan hanya sekedar sholat, puasa, dan sejenisnya, tetapi luas, sungguh luas. Bahwa segala hal yang telah, sedang, atau akan kita lakukan haruslah hanya untukNya. Mungkin kurang tepat saat aku mengatakan ‘aku belum bisa memberikan arti’, maksudku yang sebenarnya adalah aku merasa bahwa diri ini belum bisa memberikan banyak manfaat. Diri ini masih sangat rusak. Kalau diibaratkan sebagai sebuah ban, mungkin ibarat ban yang di sana sini banyak bocornya, perlu ditambal hampir di tiap bagiannya. Untuk apa? Untuk bisa digunakan lagi, untuk bisa membantu menjalankan kendaraan lagi.

Aku memang sebuah ban yang memerlukan banyak tambalan dan aku selalu berusaha merelakan diri untuk ditambal di hampir setiap bagian dari diriku. Mengapa? Karena dengan begitu aku masih bisa layak disebut ban, juga agar aku tidak hanya sekedar menjadi ban, tetapi ban yang bisa memberikan banyak guna. Mungkin yang memakai jasaku untuk kendaraannya sedikit kesal karena lagi-lagi ia harus membawaku ke tukang tambal ban. Berkali-kali membawaku ke tukang tambal ban mungkin menyita banyak waktunya, hingga terkadang ia membenciku. Tak apa ketika ia membenciku, setidaknya aku masih bisa bermanfaat untuk yang masih mau setia denganku. Siapa lagi kalau bukan tukang tambal ban? Dia selalu sabar menghadapiku karena dia tahu bahwa ada manfaat yang bisa diambil dariku. Dengan kesabarannya menghadapiku, dapur di rumahnya masih bisa tetap mengepul, anak isterinya masih bisa menikmati sarapan, dan anak-anaknya masih bisa menikmati bangku sekolah. Aku begitu terharu dengan kesabaran bapak tukang tambal ban dalam memperlakukanku. Aku rela dia sabar hanya karena ada sesuatu yang dia ambil dariku. Asalkan itu memang berguna untuknya dan keluarganya, aku tetap merasa senang. Dia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dan aku pun menjadi sempurna lagi setelah ia tambal. Aku bisa membantu menjalankan kendaraan si pengguna jasaku lagi. Yeaaayy!!! Namun, terkadang ada sedikit ketidakrelaan dalam hatiku. Bapak tukang tambal ban yang telah sabar memperbaikiku, tapi si pengguna jasa –yang sering mengomel membenciku- dengan enaknya melenggang menaiki kendaraannya berkat perputaranku. Huft, sadarkah bahwa dia yang membutuhkan aku, dia yang tidak hati-hati menggunakan aku, tapi mengapa dia yang mengomel benci karena lagi-lagi harus membawaku ke tukang tambal ban? Kalau saja aku mau, aku tidak ingin berputar agar dia tak lagi bisa melenggang di atas kendaraannya. Kalau saja aku mau, aku ingin memutarkan diri untuk membantu menjalankan kendaraan dari pemilik yang tidak mengomel, tidak membenciku. Namun, nyatanya aku terlalu sombong. Aku lupa bahwa aku hanya sebuah ban. Bahwa aku bisa berputar tidak hanya karena kemampuanku saja. Aku bisa berputar berkat bapak tukang tambal ban, juga berkat mesin kendaraan yang telah membantuku untuk tetap bisa berputar dengan baik. Aku juga tidak bisa memilih agar jasaku hanya dipakai oleh orang-orang yang sabar saja, yang lebih bisa menghargai apa yang telah aku lakukan untuk mereka. Satu hal yang sungguh fatal untukku, sangat fatal. Aku sering sekali melalaikan bahwa meski yang menggunakan jasaku sering mengomel dan membenciku, tetapi berkat dialah aku bisa menjadi sempurna lagi. Tentu saja, siapa lagi yang mengantarkan aku menuju tukang tambal ban kalau bukan dia? Memangnya aku bisa berjalan sendiri menuju tukang tambal ban?? Siapa pula yang bisa menyalakan mesin kendaraan hingga mesin itu bisa membuatku berputar??

Aaaaaaaaarrrggghhhh,,,, cukup pengandaian tentang aku sebagai ban. Sebagai manusia, kita memang sering merasa sakit hati, kecewa, sedih, merasa diperlakukan tidak adil, tidak dihargai, tidak diperhatikan, sombong, angkuh, merasa sudah berbuat banyak, merasa sudah menjadi baik dan memandang yang lain belum baik, juga sederet penyakit hati yang lain. Namun, kita memang terlalu sering memandang segala sesuatunya hanya dari sudut pandang kita saja, tanpa mempertimbangkan dari sudut pandang orang lain, yang dengannya justru membuat cara pandang kita semakin utuh. Ah, memang benar kata Ustadz Salim A. Fillah bahwa mungkin imankulah yang compang-camping, hingga sederet penyakit hati ini menguasai jiwaku.

Suatu ketika aku membaca tausiyah dari sebuah akun instagram @tausiyahku_. Tausiyah ini begitu mengguncang jiwaku.


"Aku khawatir dengan suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan.

Keyakinan hanya tinggal pemikiran, yang tak berbekas dalam perbuatan.

Banyak orang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman.

Ada yang lidahnya fasih tapi berhati lalai.

Ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian.

Ada ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis

Ada ahli maksiat rendah hati bagai sufi

Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat

Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat

Ada yang murah senyum namun hatinya mengumpat

Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut

Ada yang berlisan bijak namun tak memberi teladan

Ada pezina yang tampil menjadi figure

Ada yang punya ilmu tapi tak paham

Ada yang paham tapi tak menjalankan

Ada yang pintar tapi membodohi

Ada yg bodoh tapi tak tau diri

Ada orang beragama tapi tak berakhlak

Ada yang berakhlak tapi tak berTuhan

Lalu, di antara semua itu, dimana aku berada?"

(Ali bin Abi Thalib)


Sungguh tergoncang, di mana aku sekarang berada? Yaa Rabb, sungguh diri ini masih dalam proses memperbaiki diri. Selalu dan selalu akan memperbaiki diri agar diri ini pantas menyandang sebagai ciptaanMu, hambaMu. Jagalah agar keimanan kami tetap dalam jalanMu, tidak tergilas oleh kesombongan kami, aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^