Adzan Shubuh berkumandang, segera
saya tergugah untuk bangun dan bergegas mandi. Semua anggota Geng Rexona sibuk
bersiap-siap untuk menghadiri acara konferensi di Pasar Minggu. Semua yang
telah siap diminta segera sarapan agar tidak terlalu banyak memakan waktu. Di
tengah sarapan, kami dikejutkan oleh sebuah intermezzo
yaitu sms dari ketum kami, Yuli Ardika Prihatama, yang dengan PDnya pinjam hem
putih kepada Thiara dan minta dibawakan di tempat konferensi nanti. Tentu saja
kami tertawa heran dengan tingkah ketum kami tersebut, hahaha..(ternyata ketum rempong
juga).
Setelah selesai sarapan, segala barang bawaan pun ditata di dalam mobil. Fair, Mamel, Mbak Ari, dan saya membawa barang paling banyak. Maklum saja, sepulang dari Pasar Minggu, kami tidak pulang ke rumah Thiara lagi, tetapi boyongan ke rumah Nisa di daerah Pejuang Jaya. Oleh karena itu, kami berempat sekalian pamit kepada abi, umi, Anis, Rendra, dan Bi Intan. Saya mendapat banyak pelajaran berharga selama bersama keluarga Thiara. Abi, sosok laki-laki yang sangat memuliakan wanita, sosok ayah yang sangat menyayangi dan mengayomi keluarganya. Umi, sosok ibu yang sangat tegas dan menghargai waktu, wanita mandiri yang sangat gigih. Anis, sosok adik yang sangat ramah dan perhatian. Sosok perempuan yang sangat rajin dan cerdas. Rendra, sosok laki-laki yang sangat menghargai dan menghormati orang lain, sporty, taat, dan juga ramah. Bibi Intan, sosok wanita yang sangat lembut, perhatian, rajin, manis, dan rapi. Thiara, sosok kakak yang sangat manis, perhatian, dan lucu karena keteledorannya ^_^. Kami yang tadinya berencana berangkat pukul 05.30, tertunda setengah jam menjadi berangkat pukul 06.00 WIB. Pertama-tama kami akan mengantar umi terlebih dahulu, akan tetapi di tengah perjalanan, umi memutuskan untuk pindah naik angkutan umum karena masalah waktu. Kami sangat berterima kasih pada beliau karena ternyata beliau lebih memilih untuk mengalah agar kami tidak terlambat. Terima kasih umi… :’( Sementara umi mencari angkutan umum, abi tak membiarkan umi begitu saja sendirian mencari angkutan. Dengan gagah abi menyeberangkan umi, menemani umi mencari angkutan. This is very nice ^_^
Setelah selesai sarapan, segala barang bawaan pun ditata di dalam mobil. Fair, Mamel, Mbak Ari, dan saya membawa barang paling banyak. Maklum saja, sepulang dari Pasar Minggu, kami tidak pulang ke rumah Thiara lagi, tetapi boyongan ke rumah Nisa di daerah Pejuang Jaya. Oleh karena itu, kami berempat sekalian pamit kepada abi, umi, Anis, Rendra, dan Bi Intan. Saya mendapat banyak pelajaran berharga selama bersama keluarga Thiara. Abi, sosok laki-laki yang sangat memuliakan wanita, sosok ayah yang sangat menyayangi dan mengayomi keluarganya. Umi, sosok ibu yang sangat tegas dan menghargai waktu, wanita mandiri yang sangat gigih. Anis, sosok adik yang sangat ramah dan perhatian. Sosok perempuan yang sangat rajin dan cerdas. Rendra, sosok laki-laki yang sangat menghargai dan menghormati orang lain, sporty, taat, dan juga ramah. Bibi Intan, sosok wanita yang sangat lembut, perhatian, rajin, manis, dan rapi. Thiara, sosok kakak yang sangat manis, perhatian, dan lucu karena keteledorannya ^_^. Kami yang tadinya berencana berangkat pukul 05.30, tertunda setengah jam menjadi berangkat pukul 06.00 WIB. Pertama-tama kami akan mengantar umi terlebih dahulu, akan tetapi di tengah perjalanan, umi memutuskan untuk pindah naik angkutan umum karena masalah waktu. Kami sangat berterima kasih pada beliau karena ternyata beliau lebih memilih untuk mengalah agar kami tidak terlambat. Terima kasih umi… :’( Sementara umi mencari angkutan umum, abi tak membiarkan umi begitu saja sendirian mencari angkutan. Dengan gagah abi menyeberangkan umi, menemani umi mencari angkutan. This is very nice ^_^
RUNTUTAN KEKECEWAAN
Perjalanan
dilanjutkan kembali, kurang lebih pukul 07.30 kami sampai di TKP. Nisa, Adi,
Dika, dan teman-teman yang lain telah menunggu di sana. Sungguh berkah dari
Allah, cuaca masih cerah dan tidak menampakkan tanda-tanda akan hujan. Daerah
Pasar Minggu juga tidak mengalami banjir. Kami langsung menuju meja registrasi
National Youth Conference. Ratusan mahasiswa dengan berbagai warna jas
almamater terlihat di tempat tersebut. Hal ini menandakan bahwa acara ini
memang dihadiri mahasiswa dari berbagai universitas di penjuru Indonesia.
Keceriaan mendapat teman-teman yang baru, jaket baru, dan inspirasi baru
mewarnai pagi itu.
Sekitas
pukul 08.00 acara dibuka oleh dua mahasiswa (putra-putri) dari universitas yang
berbeda yang bertugas sebagai MC. Acara pun selanjutnya dibuka oleh President
Youth Care, Mokhamad Kusnan Al Fatih, yang beberapa hari sebelumnya telah
melangsungkan akad nikah dengan Vice President Youth Care, Khairunnisah. Dalam
perkenalannya, Youth Care (YC) merupakan organisasi kepemudaan yang memiliki
visi : Menjadi organisasi pemuda tingkat dunia yang berhasil menanamkan sistem
keseimbangan pada diri pemuda. Organisasi ini memiliki dua misi. Yang pertama,
Mensinergikan seluruh potensi pemuda untuk bisa bersatu dan bekerja dalam Youth
Care dengan sepenuh hati. Kedua, Mengembangkan program-program Youth Care dalam
rangka mencetak pemuda yang memiliki beragam kemampuan. YC berdiri pada 23
Januari 2011. Dalam acara ini akan dipaparkan Renstra Youth Care untuk kebangkitan Indonesia. Selain
itu dijadwalkan akan ada 10 tokoh inspiratif, diantaranya Joko Widodo, Anis
Matta, Neno Warisman, Adyaksa Dault, Anis Baswedan, Sandiaga S. Uno, Imam
Gunawan, Musholli, Nugroho Widyantoro, Firman Abadi. Dalam rangkaian acara ini
juga akan diadakan aksi damai pemuda dari bundaran HI menuju Monas dengan
tujuan untuk menginspirasi. Melihat
kondisi Jakarta sekarang, sepertinya bakal dipastikan para tokoh tersebut tidak
akan datang. Satu jam, dua jam, acara berlangsung, tetapi tidak ada tanda-tanda
ada tokoh inspiratif tersebut. Panitia pun tidak memberikan konfirmasi ataupun permintaan
maaf jika memang para tokoh tidak bisa datang. Akhirnya, majulah salah seorang
mahasiswa dari UGM yang bernama Rizki ke panggung. Ia berbicara menggunakan mic dan menyatakan kekecewaannya karena
merasa telah dibohongi YC. Para peserta telah membayar Rp 150.000,00 untuk
mengikuti acara ini. Tidak dipungkiri, salah satu hal yang membuat peserta
tertarik adalah adanya para tokoh yang dijanjikan. Namun, dengan seenaknya
tidak ada kejelasan dari panitia mengapa para tokoh tidak hadir. Akhirnya
Kusnan meminta maaf atas kelalaiannya dan menjelaskan bahwa panitia telah
berusaha menghubungi tokoh, akan tetapi mereka tetap tidak bisa hadir. Suasana
menjadi cukup kisruh karena kekecewaan peserta, tetapi panitia bisa
mengkondisikan. Akhirnya Rizki juga meminta maaf atas sikap protesnya yang
tiba-tiba di depan peserta. Saya pribadi juga merasa kecewa dengan acara ini,
begitu pula teman-teman. Ternyata banyak sekali hal-hal yang membuat peserta
kecewa, diantaranya :
1. Renstra yang aneh, karena
target-target/mimpi-mimpi yang dibuat seakan dipaksakan. Berikut Renstra YC :
a. Membangun YC di setiap
universitas
b. Membuat target 1 tahun meliputi
10 aspek :
· Penentuan jumlah SDM
· Penentuan waktu para SDM up grading dengan pusat
· Pihak birokrasi kampus
mengetahui/menyetujui YC
· Masing-masing YC kampus minimal
masuk di 2 sekolah
· @Ranger/pengurus akan ikut YC camp
selama 1 minggu dengan perwakilan dari @kampus
· Punya generasi yang sudah
dipenetrasi minimal 100 orang dalam 1 tahun
· Menyelenggarakan NYC regional
· Menambah jumlah sekolah setelah
NYC regional
· Mandiri secara finansial untuk
@kampus
· @Ranger harus mandiri
c. Menentukan kapan mengundang
teman-teman pusat untuk deklarasi YC di regional
d. Menbuat laporan setiap kegiatan
2. Ketidakhadiran para tokoh
inspiratif
3. Acara NYC yang dibarengkan dengan
resepsi pernikahan presiden yang membuat peserta NYC diminta pindah tempat ke
aula masjid karena akan digunakan untuk resepsi (???)
4. Sebagian panitia NYC ternyata
juga menjadi EO resepsi (???)
5. Acara diskusi untuk membahas
renstra dilakukan dalam waktu yang sangat singkat (sekitar 30 menit) padahal
peserta belum begitu tahu tentang YC dan dilakukan di masjid
6. Acara makan siang dilakukan di
masjid yang membuat masjid menjadi kotor
7. Pengkondisian peserta yang cukup
kacau, terlihat ketidaksiapan panitia
8. Saat adzan dhuhur, panitia justru
bersuara menggunakan mic untuk
mengatur peserta
9. Pembagian sertifikat tidak tertib
dan sertifikat belum distempel
10. Tidak disediakannya tempat sampah
yang memadai, hingga sepatu para akhwat menjadi korban kotoran sampah
11. Emosi presiden saat aksi di
bundaran HI
12. Aksi malah terkesan seperti
pencitraan YC, hanya sekedar berkoar-koar, bukan aksi nyata yang menginspirasi,
tetapi justru mengganggu lalu lintas.
13. Kurangnya penjagaan paserta putra
kepada peserta putri saat aksi
14. Tidak disediakaanya tempat
penitipan barang-barang peserta saat aksi
15. Kurang pedulinya panitia pada
peserta aksi yang sakit
Masih banyak lagi bentuk
kekecewaan peserta yang tidak mungkin untuk disebutkan semua. Akhirnya, hal ini
membuat para mahasiswa UGM dan mahasiswa lain yang kecewa melakukan sebuah
protes tertulis yang ditandatangani oleh mereka. Kekecewaan mahasiswa UGM juga
disebabkan karena mereka telah merelakan untuk izin ujian semester demi
mengikuti acara NYC ini. Sedangkan untuk mahasiswa UNS, dengan komando Mbak
Erny dan Dito, memilih untuk tidak hanya menyatakan kekecewaan, tetapi
melakukan sesuatu, meskipun itu hal kecil, yang dapat membantu masyarakat,
khususnya masyarakat Jakarta yang sedang terkena banjir. Kami pun memutuskan
untuk menggalang dana saat aksi, dimulai dari kami sendiri, peserta, kemudian
warga sekitar yang menyaksikan aksi. Sepanjang perjalanan saat aksi terjadi
pergolakan batin dalam diri saya. Aksi seperti ini bertentangan sekali dengan
jiwa saya. Terdapat perasaan malu saat melihat bapak-bapak petugas kebersihan
yang justru secara nyata membersihkan sisa genangan air di sepanjang jalan
meniju Monas (ini lebih inspiratif dibandingkan sekedar berkoar-koar di jalan).
Terdapat perasaan bersalah setiap menyeberang jalan hingga membuat pengguna jalan
yang lain rela menunggu rombongan peserta aksi lewat, padahal mungkin saja
mereka memiliki kepentingan yang jauh lebih penting dan mendesak. Perasaan
malu, bersalah dan capek (karena bawaan yang berat) bercampur aduk hingga
akhirnya aksi selesai di depan Istana Negara. Dalam hati saya, tidak akan lagi
mengikuti acara seperti ini. Mungkin ini akibat dari keteledoran saya yang
kurang cermat ketika akan mengikuti suatu acara. Seharusnya saya lebih cermat
dalam menganalisis esensi acara, kejelasan acara, visi misi, siapa pengurusnya,
bagaimana kiprah organisasi itu selama ini. Ini cambuk yang sangat tajam untuk
saya.
OBAT KEKECEWAAN
Tidak
baik terus-menerus mencela kegelapan. Akhirnya kami istirahat sejenak di depan
pintu gerbang monas. Saya ingin sekali membeli buah segar serta lutisan di
penjual di sekitar situ. Alhamdulillah, mungkin memang ini berkah saya dan
teman-teman, bapak polisi yang tadi mengawal kami saat aksi membayari kami yang
memesan buah apapun pada penjual buah tadi. Terima kasih bapak, semoga uang ini
berkah dan Allah yang membalas kebaikanmu. Setelah istirahat sejenak, kami
mencari masjid untuk shalat Ashar. Kami ingin sekali shalat di Masjid Istiqlal,
akan tetapi jika ditempuh dengan jalan kaki, lumayan melelahkan. Namun, kami
tidak menyerah. Sembari menikmati keindahan Monas, kami berjalan santai bersama-sama
menuju Istiqlal. Di depan Istiqlal terdapat Gereja Katedral yang sangat megah
dan artistik. Dua tempat ibadah yang saling berhadap-hadapan ini menimbulkan
dua asumsi, antara toleransi ataupun ironi.
Beralih ke Istiqlal, dimanapun dan kapanpun saat kita melakukan
perjalanan jauh yang melelahkan, memang masjid adalah tempat ternyaman dan
paling tenang untuk mengistirahatkan tubuh lelah kita. Begitu pula dengan
Istiqlal. Tempat wudhu yang luas, keamanan yang terjamin, serta tempat ibadah
yang luas membentang dengan sesekali terlihat burung kecil ikut menikmati
suasana ketenangan Istiqlal, membuat saya betah untuk beristirahat di masjid
megah ini. Satu hal yang ingin saya sarankan, sebaiknya cleaning service untuk toilet dan tempat wudhu wanita adalah
seorang wanita. Karena sempat terjadi insiden saat saya akan wudhu, ternyata di
tempat wudhu ada bapak-bapak cleaning
service. Kalaupun memang petugas itu seorang laki-laki, alangkah lebih baiknya
jika beliau menunggu di luar, bukan di dalam tempat wudhu wanita. Di sekitar
masjid ini juga terdapat banyak anak kecil yang mengemis kepada para pengunjung
masjid. Ini merupakan hal yang sangat miris. Sempat saya katakan pada salah
satu anak kecil yang kebetulan memang bersekolah, “ Besok lagi sekolah saja ya
Dik, belajar buat sekolah, oke?”
Hari menunjukkan pukul 17.00 WIB.
Adi, Dito, dan Amirza telah menunggu dan mengingatkan rombongan kami untuk
segera pulang. Namun, sebelum pulang, kami sempatkan untuk jajan, mengisi perut
di lingkungan sekitar koperasi Masjid Istiqlal. Setelah perut lumayan kenyang,
kami pun berpisah dengan Thiara, Erny, Yunita, Ulva, Atika, dan Aya. Mereka
naik bus menuju Bekasi. Sementara Saya, Mamel, Fair, Mbak Ari, Nisa, Dito, Adi,
dan Amirza mencari halte bussway. Di
halte bussway, rombongan putra dan
rombongan putri berpisah karena jurusan bussway
yang dinaiki memang berbeda. Harga tiket bussway
adalah Rp 3.500,00/orang. Saya dan rombongan putri naik bussway sebanyak 3x hingga sampai di terminal Pulogadung. Bussway I berwarna biru dan terlihat
lebih jelek jika dibandingkan bussway
II dan bussway III yang berwarna
merah. Kami berdiri di dalam bussway I. Setelah itu, kami berganti ke bussway
II. Meski tidak mendapat kursi, tapi saya bisa duduk di samping pak sopir
(walaupun bukan duduk di kursi bussway).
Kesempatan ini saya gunakan untuk berbincang-bincang dengan Pak Sopir yang
sangat ramah dan saya ketahui bahwa beliau berasal dari Jawa Barat. Banyak hal
yang kami perbincangkan, diantaranya tentang sistem pemberhentian bussway, cara mengendarai bussway, pendapatan dari mengendarai bussway, jam kerja beliau, copet di
dalam bussway maupun halte, kondisi
jalanan di Jakarta yang berlubang, kegiatan saya selama di Jakarta, tentang Solo,
Jogja, dll. Di sela perbincangan kami, tidak jarang beliau bercanda, sehingga
perjalanan di bussway terasa tidak
membosankan. Namun, sayang sekali saya harus berganti bussway ketika sampai di halte Pulomas. Hal ini dikarenakan bussway II harus diisi makan terlebih dahulu.
Sampai jumpa Pak Sopir yang ramah… Ketika di bussway III saya mendapatkan tempat duduk, sehingga saya manfaatkan
waktu selama di bussway untuk tidur,
karena badan sudah terasa tidak fit dan capek sekali.
Tidak lama kemudian, kami sampai
di terminal Pulogadung. Kondisi terminal yang cukup bau, membuat saya merasa
mual dan semakin pusing, tetapi semua itu masih bisa saya atasi. Kami berganti
naik angkot nomor 31 dengan ongkos sebesar Rp 4.000,00. Sepanjang perjalanan
saya tidur di dalam angkot. Meski tidur, saya masih bisa mendengar berbagai
pengamen yang naik turun angkot yang saya naiki. Para pengamen tersebut
kebanyakan sedikit memaksa, ngomel-ngomel
kalau tidak diberi, dan lagu-lagu yang mereka nyanyikan tentang kemanusiaan
yang sedikit menyindir. Inikah kehidupan yang sebenarnya di ibukotaku?? Betapa
nyamannya hidup di desa jika merasakan kehidupan ibukota yang seperti ini.
Angkot telah sampai di gapura
menuju rumah Nisa, yang sering disebut dengan gardu. Kami pun turun dari angkot
dan berjalan sekitar 500 meter masuk ke kompleks perumahan. Sesampai di rumah
Nisa, kami disambut oleh Bapak, Ibu, dan juga Dik Nurul (satu-satunya saudara
kandung Nisa). Mereka tidak kalah ramah dibandingkan keluarga Thiara. Senang
sekali memiliki teman-teman yang keluarganya juga ramah-ramah. Bapak Nisa
seorang karyawan swasta, sedangkan Ibu mengajar kelas 6 di salah satu SD di dekat
rumah. Dik Nurul adalah mahasiswi semester 1 jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia UNJ. Karena tidak kuat menahan capek, akhirnya saya meminta izin
untuk tidur terlebih dahulu di dalam kamar. Saat itu kebetulan ada teman-teman
SMA Nisa yang berkunjung ke rumah. Setelah sedikit terobati, akhirnya saya
mandi dan memilih untuk pindah tidur di depan TV bersama Nisa dan Mamel. Ternyata
lebih nyaman tidur di depan TV,hehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^