Waktu menunjukkan pukul 03.30
WIB, mata yang terpejam pun membuka sedikit demi sedikit ketika teman-teman
membangunkan tubuh ini. Ah, ternyata
sudah hampir mendekati stasiun Bekasi. Semua barang-barang pun disiapkan dan
dipastikan tidak ada yang tertinggal. Kurang lebih pukul 04.00 WIB kami sampai
di stasiun Bekasi. Alhamdulillah
tempat ini tidak mendapatkan musibah banjir, kami sangat bersyukur. Mushola pun
menjadi tempat tujuan pertama kami, kebetulan Dik Thiara, neng geulis dari Tambun ini belum memperlihatkan kibaran jilbabnya,
haiah! Hehe.. Sembari menunggu
jemputan Dik Thiara, kami pun bersih-bersih muka sekaligus wudhu dan menunaikan
shalat Shubuh. Setelah shalat Shubuh berjamaah, saya pun keluar dari mushola ingin
menikmati udara pagi Kota Bekasi. Namun, ada sesuatu yang membuatku kaget. Dug!! Barang bawaan kami, tas-tas, juga
koper yang berada di samping mushola tidak ada. Beberapa detik kemudian saya
bisa bernafas lega karena barang-barang kami sudah dipindah di Dikat toilet.
Usut punya usut, ternyata seorang Bapak Tua di depan mushola yang membawa sikat
gigi itu, baru saja memarahi Ulva dan Fair yang sedang menunggu barang bawaan
di saat kami sedang shalat. Bapak itu sungguh aneh, mengatakan Ulva dan Fair
ngobrol di tempat ibadah, padahal mereka sedang tilawah. Hmmm,, ya sudah, tanpa banyak bicara mereka pun memindahkan
barang-barang tersebut. Sepertinya Bapak Tua itu tidak 100%. Kemudian aku
mengirim sms kepada Dik Thiara, ternyata dia sudah ada di depan stasiun. Kami
pun keluar dari stasiun menuju tempat parkir mobil, kebetulan abinya Dik Thiara
membawa mobil pribadi. Karena jumlah rombongan kami yang terlalu banyak,
diputuskan bahwa kami dibagi menjadi dua kelompok. Saya, Mbak Erny, Aya, Atika,
Ulva, Yunita ikut mobil abi, sedangkan Dik
Thiara, Fair, Mamel, dan Mbak Ari naik angkot.
Perjalanan dari stasiun menuju
rumah Dik Thiara memakan waktu kurang lebih 30 menit. Karena bukan hari aktif
dan masih pagi, perjalanan pun cukup lancar. Satu hal yang saya kagumi dari
keluarga Dik Thiara adalah meskipun mereka orang berada tapi keramahan mereka
sungguh acungan jempol. Sepanjang perjalanan tidak saya lewatkan untuk
berbincang dengan abi, sambil menikmati alunan murotal dari tape mobil. Di sepanjang perjalanan kami
melewati sungai. Ketinggian air sungai yang berwarna coklat itu hampir sepadan
dengan permukaan jalan. Mendekati kompleks perumahan Graha Kalimas, terlihat
bangunan yang mirip jembatan gantung berwarna oranye. Ternyata bangunan itu
adalah jalan tol Bekasi Timur. Mobil telah memasuki pintu gerbang Graha
Kalimas, tepat di depan rumah nomor 7 kami berhenti dan turun dari mobil.
Setelah dipersilahkan masuk rumah, kami pun diperlakukan dengan sangat baik.
Karpet digelar sehingga kami bisa beristirahat sambil menikmati jamuan yang
disediakan. Abi memperkenalkan umi, Dik Anis (adiknya Thiara), dan juga bibi
Intan (adiknya umi). Anis adalah mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris di
Universitas HAMKA, bibi Intan mengajar sebagai guru. Abi pun berpamitan untuk
kembali menjemput Thiara, dkk yang pulang naik angkot. Rendra (adik laki-laki
Thiara) muncul saat Thiara, dkk tiba di rumah. Rendra saat ini berada di kelas
X di salah satu SMA di Bekasi. Akhirnya kami telah bertemu dengan seluruh
penghuni rumah Dik Thiara yang kesemuanya ramah dan sopan.
Kurang lebih pukul 07.00 kami
membawa barang bawaan untuk ditata di kamar lantai atas. Selanjutnya kami antre
untuk bersih-bersih badan, kebetulan tersedia dua buah kamar mandi. Di saat
sebagian antre mandi, sebagian yang lain sarapan bubur ayam Jakarta yang telah
dibelikan umi. Umi tidak ikut menemani sarapan karena harus berangkat ke
perkemahan di Cibubur. Umi adalah seorang guru di salah satu Madrasah
Tsanawiyah di Bekasi. Setelah bersih-bersih badan dan sarapan, kami pun
memanfaatkan waktu untuk mencuci baju-baju kotor. Alhamdulillah cuaca hari ini cukup cerah.
Pada hari ini kami mengagendakan
untuk beristirahat di rumah setelah 12 jam perjalanan dari Solo menuju Bekasi.
Di sela-sela waktu istirahat, saya memanfaatkan untuk bersepeda berkeliling di
kompleks Graha Kalimas. Dari sekian rumah dalam sejumlah blok di perumahan ini,
ada 3 buah rumah megah yang menarik perhatian saya. Dari 3 buah rumah tersebut,
terdapat satu rumah yang sangat megah, unik, dan sangat artistik. Rumah bercat
putih itu bergaya Eropa dan di sekitarnya penuh dengan tanaman/bunga dalam pot.
Di saat saya berkeliling kompleks, teman-teman yang lain sedang menjadi objek
hobi Aya. Aya memiliki hobi untuk memotong rambut sesuai keinginannya. Alhasil
Mbak Erny, Ulva, dan Yunita menjadi korban Aya. Hahaha… Selesai bersepeda, saya, Thiara, Fair, Abi, Anis berdiskusi
serius membahas transportasi menuju Aula Badar Nuur, Pasar Minggu. Kami akan
mengikuti sebuah acara konferensi di tempat tersebut esok harinya. Karena
kondisi Jakarta yang terkepung banjir, membuat kami cukup pusing menentukan
alat transportasi yang bisa mengangkut 10 orang dan bisa mencapai tempat tujuan
pada jam 07.00 WIB. Saking pusingnya, kami justru bercanda, tertawa riang, berhaha-hihi. Akhirnya, diskusi
bersambung karena belum ditemukan kesepakatan. Kami pun shalat Ashar berjamaah.
Sore menjelang….
Teman-teman ingin sekali melihat
lebih Dekat Tol Bekasi Timur yang bangunannya sangat unik dan menarik. Namun,
hal itu tidak mungkin karena dilarang untuk masuk ke dalam tol. Akhirnya, kami
ditawari untuk main ke Grand Wisata, semacam taman yang berada cukup dekat
dengan rumah Thiara. Setelah selesai mandi sore dan shalat jamaah Maghrib, kami
pun makan pempek yang telah dibelikan oleh Thiara dan Anis. Selanjutnya kami
bersiap-siap berangkat menuju Grand Wisata, tetapi adzan Isya’ terdengar.
Akhirnya kami memutuskan untuk shalat jamaah Isya’ terlebih dahulu. Selepas
shalat, kami dibagi menjadi 2 kelompok lagi untuk pemberangkatan naik mobil
diantar abi menuju Grand Wisata. Sementara itu, Thiara dan Bibi Intan naik
motor. Perjalanan menuju Grand Wisata memakan waktu sekitar 15 menit.
Berdasarkan info dari abi dan Thiara, setiap Minggu pagi, tempat tersebut akan
ramai oleh para warga yang berolah raga. Sesampai di Grand Wisata, kami tidak
melewatkan sesi foto-foto. Kata Thiara dan Bi Intan, Grand Wisata juga sering
dijadikan tempat shooting, salah
satunya oleh Blinks pemain Putih Abu-abu. Namun, satu hal yang cukup kami
sayangkan. Pada malam itu, suasana di Grand Wisata cukup remang-remang karena
banyak lampu yang tidak menyala. Padahal di tempat itu banyak sekali pasangan
muda, malam Minggu pula. Jadi, saya sarankan jangan rekomendasikan tempat ini
pada para pasangan muda, hehehe.
Namun, terdapat pula sisi positif dari tempat ini. Hal ini dikarenakan kami
menemukan sebuah komunitas anak muda yang menyalurkan kreativitas mereka di
halaman Grand Wisata.
Tak terasa waktu semakin malam
dan abi telah menjemput kembali. Kami pun pulang menuju rumah. Dalam
perjalanan, kami masih meributkan transportasi menuju Pasar Minggu esok hari.
Sesampai di rumah, umi juga pulang. Akhirnya kami makan malam karena perut kami
baru diisi pempek,hehe. Alhamdulillah
juga telah disepakati bahwa esok pagi kami akan diantar oleh abi dan saudara
Thiara naik mobil. Disepakati pukul 05.30 esok, kami harus sudah siap berangkat
karena abi sekaligus mengantar umi kembali ke perkemahan di Cibubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^