Tahukah kawan?
Beberapa malam terakhir ini, bulan terlihat begitu cantik, meski terlihat agak malu-malu
menampakkan wajah indahnya sedikit demi sedikit . Saat hati dan pikiran terasa
lelah, maka melihat sinar indahnya yang sendu akan menjadikan hati ini mak chesss…!!! Sejuuukkk, dingiiin…. (lebay mode on). Baiklah, cukup untuk
edisi lebayisme, hehe. Sebenarnya
saya teringat masa itu, masa di saat saya suka sekali sendirian menatap,
menikmati rembulan dan bintang di atas sana.
Masa SMA. Pada masa
ini, saya sudah belajar untuk hidup jauh dari orang tua (baca : ngekos). Kos yang saya tempati ini
memiliki dua lantai. Lantai satu berisi ruang tamu, kamar, dapur, dan kamar
mandi. Sedangkan lantai dua hanya digunakan untuk menjemur pakaian. Lantai dua
menjadi tempat favorit anak-anak kos. Kok bisa????
Inilah poin dari
cerita saya. Di lantai dua tidak ada fasilitas apapun selain tempat tak beratap
untuk menjemur baju, sehingga tiap hujan turun anak-anak kebingungan mengangkat
jemuran yang belum kering dan memindahkannya ke tempat yang dirasa aman. Ketika
sore ataupun pagi hari, saya sering memanfaatkan tempat ini untuk menyendiri. Saat
suasana sore yang cerah, saya sering duduk di atas genteng, selalu memilih bagian
genteng yang paling puncak untuk membaca buku pelajaran. Yeaahh, tentu saja saya membaca buku itu karena akan ada ulangan
harian, hehe. Selain membaca buku,
terkadang saya memanfaatkan tempat ini sebagai pelepas lelah atas kesibukan
hari itu. Menikmati semilirnya angin sore yang sepoi-sepoi sambil melihat
gumpalan awan putih yang bergerak perlahan, burung-burung yang beterbangan dan
sesekali hinggap di atap rumah tetangga, ataupun kucing-kucing tetangga yang
saling berkejaran di atap rumah berebut makan sore mereka, cukup membuat hati
ini damai. Terkadang saya pun sering melamun dan berandai-andai di saat seperti
ini.
Kawan, di tempat ini
saya tak bisa memandang halaman di depan kos saya karena terhalang sebagian
atap. Mata saya pun tanpa diperintah selalu tertarik memperhatikan balkon kos
teman yang berada di Gang Arjuna IV ataupun V. Sementara itu kos saya berada di Gang Arjuna III. Masing-masing dari
gang-gang itu, ada sebuah kos yang juga memiliki lantai lebih dari satu dan
otomatis lantai puncak digunakan untuk tempat menjemur baju anak-anak kos.
Berbeda dengan kos saya, balkon mereka memiliki atap. Itulah yang membuat saya
terkadang merasa iri, hihi. Bagaimana
tidak, anak-anak kos di sana tak perlu cemas ketika hujan turun dan baju-baju masih
tergantung karena belum kering. Baju-baju itu tak akan basah terkena air hujan dan
tentu saja, tak akan bau amis oleh air hujan. Sementara di tempat saya??
Bersyukur kalau saat hujan kami sedang berada di kos, baju-baju masih bisa
diselamatkan. Lha kalau hujan turun
saat kami sedang di sekolah??? Nah lhoooo,
nggak ada yang akan menyelamatkan baju-baju kami dan bersiap-siaplah untuk
menerima bau amis yang akan bersemayam dalam baju-baju tersebut, hehe. Namun, itu semua tidaklah membuat
kami lantas kecewa dan iri hati terus-menerus terhadap kos-kos tersebut. Hal
yang menyenangkan adalah ketika saya (terkadang juga bersama teman) melihat penghuni
kos di balkon-balkon itu. Biasanya kami sama-sama sedang menjemur baju ataupun
mengambil baju yang telah kering. Kontan kami pun langsung berteriak, saling
menyapa, memanggil nama sambil melambai-lambaikan tangan tanpa peduli tetangga
kos yang mungkin sedang menggerutu mendengar teriakan berisik kami. Hahaha, menyenangkan sekali bisa saling
menegur di atas atap yang terpisahkan oleh atap rumah-rumah orang lain. Selain
itu, aktivitas yang biasa saya lakukan di atas genteng ini adalah menyanyi
bersama teman-teman satu kos sambil mendengarkan radio butut yang memutarkan
lagu-lagu khas anak remaja SMA. Terkadang, penyiar yang bertugas adalah guru
Bahasa Indonesia kami, namanya Pak Sunardi. Nama kerennya di radio yaitu Imam
Papandayan.
Atap kos saya tidak
hanya enak untuk dinikmati di pagi ataupun sore hari. Malam hari juga menjadi
waktu yang tepat untuk menikmati tempat ini. Saat lelah mengerjakan PR, lelah
membaca buku, ataupun malas menonton acara TV, saya sering memilih untuk naik ke
atap, duduk di ‘singgasana’ sambil menatap, menikmati indahnya bulan yang
memantulkan sinar cantiknya ditemani ribuan bintang-bintang dengan
kerlap-kerlip cahayanya. Sesekali kulihat satu sumber cahaya yang bergerak sendirian
dan ternyata itu merupakan lampu dari pesawat terbang yang kebetulan lewat.
Suasana seperti ini benar-benar membuatku sangat terhibur. Pernah suatu saat,
ketika waktu itu sedang dibicarakan bahwa akan ada planet Mars yang bisa
terlihat dengan mata telanjang kita, saya pun langsung bergegas naik ke atap kos.
Kata teman dekat saya, jika saya melihat bintang yang cahayanya terlihat paling
terang , maka itulah planet yang dimaksud. Entahlah, saya tidak tahu apakah itu
benar ataupun tidak. Yang saya rasakan hanya bahagia setiap melihat
bintang-bintang dan juga rembulan yang menggantung dengan cantik di birunya
langit di atas atap kos saya. Tuhan, saya ingin kelak masih bisa menikmati
indahnya sinar rembulan dan juga bintang-bintang bersama orang yang saya sayang,
yang setiap bersama, kami selalu merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan dalam menikmati
keindahan karya agungMu Yaa Rabb…
Waah... aku kangen kosan SMA juga... :D Aku gang arjuna brapa yo? *Lupa*
BalasHapushahaha...
BalasHapuskalau nggak salah gang arjuna IV ninaaa.... :D