Waktu menunjukkan pukul 02.00. Sang Komandan
masih ingin setia bersama bantal gulingnya. Satu jam lagi, sekalian shubuhan,
pikirnya. Satu setengah jam pun berlalu dan Sang Komandan benar-benar rela
berpisah dengan bantal guling itu. Gemericik air yang mengalir membasahi muka,
tangan, kepala, telinga, juga kakinya begitu terasa kesegarannya.
Ya, ini adalah ikhtiarnya untuk lebih mendekatkan pada Yang Maha Dekat untuk meminta. Pada siapa lagi Ia akan meminta keberkahan untuk hari bersejarahnya kali ini. Dua rokaat telah Ia tegakkan, saatnya bersimpuh memohon pada Yang Kuasa. Air mata tak mampu ia bendung lagi, rasa syukur tak henti-hentinya ia panjatkan. Kemarin Sang Komandan juga telah berusaha mewujudkan rasa syukurnya atas segala nikmat sehat, nikmat kecukupan, juga nikmat apapun hingga Ia bisa mencapai tahap ini. Hanya barokah juga manfaat yang selalu diharapkan Sang Komandan dari yang sedikit itu. Namun, seandainya Sang Komandan tahu, yang sedikit itu pasti akan menjadi berlipat sesuai janjiNya. Adzan Shubuh masih belum bergema, lantunan ayat suci pun terucap begitu syahdu hingga terdengar suara muadzin masjid terdekat membangunkan warga sekitar.
Ya, ini adalah ikhtiarnya untuk lebih mendekatkan pada Yang Maha Dekat untuk meminta. Pada siapa lagi Ia akan meminta keberkahan untuk hari bersejarahnya kali ini. Dua rokaat telah Ia tegakkan, saatnya bersimpuh memohon pada Yang Kuasa. Air mata tak mampu ia bendung lagi, rasa syukur tak henti-hentinya ia panjatkan. Kemarin Sang Komandan juga telah berusaha mewujudkan rasa syukurnya atas segala nikmat sehat, nikmat kecukupan, juga nikmat apapun hingga Ia bisa mencapai tahap ini. Hanya barokah juga manfaat yang selalu diharapkan Sang Komandan dari yang sedikit itu. Namun, seandainya Sang Komandan tahu, yang sedikit itu pasti akan menjadi berlipat sesuai janjiNya. Adzan Shubuh masih belum bergema, lantunan ayat suci pun terucap begitu syahdu hingga terdengar suara muadzin masjid terdekat membangunkan warga sekitar.
Segala persiapan telah Sang Komandan lakukan.
Mulai dari fisik, rukhiyah, juga fikriyah. Doa dari ibu tercinta adalah
dukungan terbesar baginya. Tentu saja termasuk doa orang-orang yang Ia sayangi juga
menyayanginya. Waktu telah tiba, jam menunjukkan pukul 08.00 WIB. Hanya kepada
Allahlah Sang Komandan berpasrah terhadap hasilnya nanti. Yang Ia tahu, sekarang
Ia harus berjuang semaksimal mungkin melakukan yang terbaik, juga berdoa.
Dua setengah jam telah terlewati. Segera Sang
Komandan kabarkan kelegaan dan rasa syukur terhadap orang-orang terdekat.
Karena apa? Karena Ia telah melewati ujian ini dengan cukup lancar, lewat izin
Allah tentunya. Ada satu orang yang begitu Ia rindukan untuk segera Sang
Komandan berikan kabar secara langsung. Ibu, ya, sosok yang begitu tulus
mendukung putra satu-satunya, sosok yang begitu komandan cintai, wanita nomor
satu dalam kahidupannya selama ini. Satu jam lamanya Ibu dan anak puteranya itu
bercengkerama melalui pesawat telepon. Meskipun tidak bisa secara langsung memeluk
Sang Ibu, tapi itu sudah menjadi obat termanis bagi Sang Komandan. Bagi Sang
Ibu juga tentunya. Hingga air mata wanita ini tak mampu tertahan lagi, pecahlah
tangisan haru seorang ibu, tangisan bangga seorang ibu untuk puteranya
terkasih. Lagi, dan lagi, doa tulus dari Sang Ibu masih dan selalu mengiringi
langkah Sang Komandan. Di balik suaranya, tak sadar air mata Sang Komandan pun
ikut tertahan di ujung mata sendunya. Komandan!! Selamat berjuang untuk ujian
selanjutnya. Doa kami selalu untukmu, FIGHTING… ^_^
Solo,
26 Juni 2014 _ pkl 22.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^