Sore kemarin, aku bersama Bapak,
Ibu, mbak sepupu, dan keponakan mengunjungi kerabat yang sedang dirawat di RSUD
Purworejo. Beliau adalah mantan kepala SD N Lugu (tempat Ibu mengabdikan diri
sebagai pendidik), juga adik dari Pakdhe yang berada di Masaran, Sragen. Beliau
adalah Pak Doni Haryadi. Ruang Pavilliun kamar nomor 17 adalah tempat yang kami
tuju. Memasuki ruangan tersebut, Pak Doni sedang terlelap, tetapi
sebentar kemudian beliau membuka mata karena mendengar ada kerabat yang menyambangi. Kami pun satu per satu bersalaman dengan pasien yang dirawat oleh Dr. Bambang T.P.A., Sp.PD. ini. Kami cukup kaget mendengar berita sakitnya Pak Doni. Bagaimana tidak, Pak Doni terkenal dengan hobinya yang suka olahraga bersepeda keliling desa. Oleh karena itu, meski umur sudah sepuh, tetapi beliau selalu terlihat sehat. Apalagi ditambah dengan sifat khas beliau yang sangat ramah terhadap semua orang. Dari cerita menantunya, Sabtu kemarin Pak Doni ditemukan tergeletak ketika akan mandi di kamar mandi. Sebelumnya beliau ditemukan terpekur diam di depan tungku ketika sedang merebus air untuk mandi sore. Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa Pak Doni ke RS. Menurut keterangan dari pihak keluarga, Pak Doni menderita maag dan darah rendah.
sebentar kemudian beliau membuka mata karena mendengar ada kerabat yang menyambangi. Kami pun satu per satu bersalaman dengan pasien yang dirawat oleh Dr. Bambang T.P.A., Sp.PD. ini. Kami cukup kaget mendengar berita sakitnya Pak Doni. Bagaimana tidak, Pak Doni terkenal dengan hobinya yang suka olahraga bersepeda keliling desa. Oleh karena itu, meski umur sudah sepuh, tetapi beliau selalu terlihat sehat. Apalagi ditambah dengan sifat khas beliau yang sangat ramah terhadap semua orang. Dari cerita menantunya, Sabtu kemarin Pak Doni ditemukan tergeletak ketika akan mandi di kamar mandi. Sebelumnya beliau ditemukan terpekur diam di depan tungku ketika sedang merebus air untuk mandi sore. Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa Pak Doni ke RS. Menurut keterangan dari pihak keluarga, Pak Doni menderita maag dan darah rendah.
Pak Doni sangat dicintai oleh
banyak orang karena keramahan perangai beliau. Banyak pelajaran hidup yang aku
petik dari Pak Doni. Di tengah rasa sakit yang dideritanya, Pak Doni masih
menyempatkan untuk membuat orang lain bahagia. Sederhana cara beliau, misalnya,
memuji kecantikan mbak sepupuku. “Sira kok ayu temen, seneng aku yen nyawang
wong ayu..” sanjung Pak Doni kepada mbak sepupuku, yang juga merupakan isteri
dari keponakan Pak Doni. Kontan semua orang yang ada di kamar 17 tertawa
melihat kejadian ini. Dalam hati aku hanya berkata, “Sungguh lapang jiwa Pak
Doni, di saat beliau sakit, bukannya memikirkan bagaimana kondisi tubuhnya,
tetapi justru menyempatkan membuat bahagia orang di sekitarnya. Ah, mungkin itu
adalah kebahagiaan yang sangat berarti baginya.”
Tak lama kemudian, ketika Mara
(anak mbak sepupuku) bersalaman dengan Pak Doni, Pak Doni langsung cepat-cepat
memanggil isterinya agar segera mengambilkan uang saku untuk Mara. Begitu pula
ketika Pak Lurah beserta isteri dan kedua anak lelakinya yang masih kecil-kecil
menyusul datang menjenguk Pak Doni. Pak Doni segera meminta sang isteri untuk
menyiapkan uang saku bagi kedua putera Pak Lurah. Sekali lagi aku tertegun dan
kagum. Pak Doni sedang sakit, butuh biaya yang tidak sedikit untuk membayar
biaya rumah sakit. Namun, di tengah ujian kehidupannya, beliau justru tidak
ingin melewatkan kesempatan membuat cucu-cucunya bahagia. Ah,, inikah jiwa-jiwa
seorang dermawan? Inikah jiwa-jiwa yang terbiasa memberi? Sungguh, hari ini adalah
Hari Raya Idul Adha 1434 H, dan aku sangat bersyukur kepada Alloh SWT karena
telah diberi kesempatan untuk belajar lagi apa itu makna kehidupan. Inilah
contoh riil sebuah pengorbanan dalam masa sekarang, sebuah sikap yang dicontohkan
oleh nabi Ibrahim as ketika diuji keikhlasannya untuk menyembelih Ismail,
anaknya. Di tengah menahan rasa sakit, Pak Doni rela mengorbankan waktu
istirahatnya untuk menyanjung keponakan, juga memberi uang saku kepada
cucu-cucunya. Cukup sederhana, tetapi tidak semua orang bisa melakukan sikap
sederhana yang sangat mulia seperti ini. Ya Alloh, berilah kesembuhan dan
kesehatan seperti sedia kala untuk Pak Doni. Semoga kita bisa belajar dari kisah
ini. Yuk kita tingkatkan keikhlasan hati kita untuk sekedar memberi, juga
sekedar membuat orang lain bahagia, seperti apapun kondisi kita saat itu. Ingat
lirik ini?
“Takkan
berkurang harta yang sedekah, akan bertambah..akan bertambah..”
Semoga bisa menjadi pemantik semangat untuk senantiasa membuat
orang di sekitar kita bahagia dengan adanya diri kita. Selamat Hari Raya Idul
Adha 1434 H, semoga keikhlasan senantiasa menyelimuti hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^