Kepulanganku kali ini benar-benar terasa
bahwa aku untuk mereka. Aku memang bagian dari mereka, ini tak bisa dipungkiri.
Namun, selama ini, aku merasa bahwa aku telah cukup mengabaikan mereka. Aku
yang seakan-akan terlalu sibuk, sok sibuk lebih tepatnya, telah mengabaikan beberapa
hak mereka dariku.
Hampir setiap hari aku berkomunikasi dengan teman-temanku, tetapi tak setiap hari aku berkomunikasi dengan mereka. Dengan bapak, ibu, juga kakakkku. Oleh karena itu, aku ingin kepulanganku kali ini, aku niatkan untuk menghabiskan waktu bersama mereka.
Hampir setiap hari aku berkomunikasi dengan teman-temanku, tetapi tak setiap hari aku berkomunikasi dengan mereka. Dengan bapak, ibu, juga kakakkku. Oleh karena itu, aku ingin kepulanganku kali ini, aku niatkan untuk menghabiskan waktu bersama mereka.
Sabtu, 23 November 2013
Kereta prameks yang aku naiki sebentar lagi
menghentikan lajunya di pemberhentian terakhir. Stasiun Kutoarjo, stasiun yang
selama 5 tahun ini menjadi saksi kisah perjalanan hidupku, lagi-lagi menjadi
saksi kisahku yang satu ini. Waktu menunjukkan hampir pukul 8 pagi, akhirnya
ular besi ini merapatkan diri di stasiun Kutoarjo. Aku pun turun dan seperti
biasa berjalan menuju pintu keluar. Ketika biasanya aku masih harus berjalan
menuju terminal untuk mencari minibus, kini aku berjalan menuju sosok muslimah
yang sudah duduk di motor yang terparkir di depan kantor pos. Ya, dia adalah
Mbak Woro, kakakku yang kedua. Kebetulan Mbak Woro yang sedang menempuh S2 di
IPB juga pulang dikarenakan ada acara di UNNES Sabtu siang hingga besok Minggu.
Motor kami pun melaju menuju Sumber Alam Center, aku menemani Mbak Woro membeli
tiket shuttle tujuan Semarang untuk
pemberangkatan pukul 12 siang ini. Alhamdulillah, ternyata shuttle ada di setiap jamnya, sehingga Mbak Woro disarankan untuk
membeli tiket ketika shuttle sudah
akan berangkat. Selanjutnya Mbak Woro memintaku untuk menemani membeli sepatu
di pasar Kutoarjo karena saat di UNNES nanti Mbak Woro diminta untuk mengisi
sebuah acara yang diselenggarakan oleh MITI. Aku pun mengiyakan, sekalian
jalan-jalan, he.. Tiba di pasar, setelah memilih dan memilah sepatu yang dirasa
cocok, baik di toko A, toko B, maupun C, akhirnya telah diputuskan untuk memilih
sepatu ‘X’. Kami pun segera pulang menuju rumah.
Tiba di rumah tercinta, di sana telah ada 3
tukang yang sedang ‘mengerjakan’ rumah kami, juga ada Mbak Sri, isteri dari mas
sepupuku. Aku pun melepaskan lelah selama perjalanan tadi dengan
bersantai-santai sambil menonton TV. Waktu menunjukkan pukul 10.30, untuk makan
siang belum ada sayur. Akhirnya aku dan Mbak Woro berbelanja sayuran di tempat
biasa kami belanja. Siang ini kami ingin masak sayur asam. Sayuran dan lauk
telah dibeli, lalu aku, Mbak Woro, dan Mbak Sri memasak sayur asam
bersama-sama. Pukul 11.30 masakan telah matang, Mbak Woro makan terlebih dahulu
karena pukul 12.00 dia harus sudah ada di Sumber Alam Center (SAC). Setelah
Mbak Woro makan, aku pun mengantarkan Mbak Woro kembali menuju SAC.
Sepulang dari mengantarkan Mbak Woro, aku
berencana untuk menjemput Bapak di sekolah karena motor yang biasa dipakai
Bapak kini aku pakai. Sambil menunggu sms Bapak, aku sholat dhuhur. Ibu telah
pulang dari sekolah tempat beliau mengajar, tidak berapa lama kemudian terdengar
sms dari Bapak untuk minta dijemput. Aku segera meluncur membawa motor menuju
tempat Bapak mengajar. Hmm, senang sekali rasanya, jarang sekali aku menjemput
Bapak di sekolah. Aku benar-banar menikmati perjalanan pulang dari menjemput
Bapak. Sempat terbayang bahwa sebentar lagi Bapak akan pensiun, bisa jadi aku
sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk menikmati momen seperti ini. Ahh,
sedih….
Sesampai di rumah, setelah Bapak melaksanakan
sholat dhuhur, kami bertiga makan siang bersama menikmati sayur asam yang telah
terhidangkan di meja makan. Saat-saat seperti ini merupakan saat yang sangat
dirindukan, karena setelah makan, aku biasa bercerita bersama ibu ataupun
bapak. Cerita apapun itu, ah, kebersamaan ini begitu hangat. Aku masih
bercerita bersama ibu di meja makan, tetapi Bapak telah sibuk dengan urusannya
di kolam ikan samping rumah. Dari jendela ruang makan, kulihat Bapak sedang
asik mengambil daging keong emas hasil buruannya kemarin sore. Daging keong ini
akan dijadikan untuk pakan lele dan sebagian diberikan untuk Kuku. Aku tertarik
sekali untuk membantu aktivitas Bapak yang satu ini. Aku pun langsung menuju
samping rumah, mendekati Bapak dan ikut memecah keong emas yang sebelumnya
telah direbus oleh Bapak. Asik sekali aktivitas ini, jadi teringat sate keong
favoritku yang sering dijual di warung HIK. Ibu yang tertarik melihat keasikan
aku dan Bapak akhirnya ikut mendekati kami, tetapi beliau hanya duduk menemani
kami berdua sambil mengobrol banyak hal. Satu ember daging keong emas telah selesai
dipisahkan dari cangkangnya. Dengan penuh semangat aku segera membawa ember
tersebut mendekati kolam ikan lele. Kata Bapak dan Ibu, cukup ikan lele saja
yang diberi pakan daging keong, sementara ikan gurameh dan ikan nila tidak
perlu diberi karena kedua jenis ikan itu tidak suka. Sebelum semua isi ember
aku tumpahkan ke dalam kolam lele, tak lupa aku menyisihkan sebagian untuk
kuberikan pada kura-kuraku tersayang.
Memberi makan lele sudah selesai, saatnya
berpindah menuju akuarium Si Kuku. Masya Allah, malangnya kura-kuraku,
cangkangnya penuh lumut, air akuariumnya juga sudah hijau keruh. Hmm, saatnya
menguras kalau sudah seperti ini. Aku dan Ibu bekerja bersama-sama untuk
menguras akuarium berukuran 90*50*50 ini. Namun, tiba-tiba kami berdua bingung
bagaimana caranya membuang air yang cukup banyak dan kotor dari akuarium yang
cukup gedhe ini. Teringat kebiasaan Bapak yang selalu mengeluarkan air ketika
menguras hanya dengan menggunakan selang sepanjang 1,5 meter. Hmm, aku pun
mengambil selang tersebut, tetapi langkah selanjutnya terhenti karena kami
berdua bingung bagaimana cara memanfaatkan selang ini. Aku dan Ibu bingung dan
hanya tertawa menertawakan betapa bodohnya kami, betapa memalukannya kami.
Kalau seperti ini saja tidak bisa, sebenarnya bagaimana nilai Fisika kami
dulu??Duhh, malunya,,, Akhirnya dengan sangat terpaksa, aku pun memanggil Bapak
untuk meminta bantuan beliau. Dengan sangat cekatan dan begitu cepat, akhirnya
air hijau dari dalam kolam mengalir keluar begitu saja dari akuarium. Aku dan
Ibu hanya ketawa-ketiwi mengingat kepayahan kami. Setelah air terkuras, segera
aku menyikat akuarium, Bapak menyikat cangkang Kuku yang sudah penuh dengan
lumut. Sementara Ibu entah sedang menemui kakak-kakak sepupuku yang sedang main
ke rumah. Kini Kuku telah bersih, telah gagah lagi, rumahnya pun telah bersih.
Daging keongpun segera kuberikan lagi kepada Kuku, tetapi sepertinya dia sudah
cukup kenyang.
Waktu hampir maghrib, aku segera mandi dan
melaksanakan sholat maghrib. Begitu juga dengan Bapak dan Ibu. Sebenarnya
setelah sholat maghrib, aku dan Ibu berencana menjenguk kakak sepupuku yang
dikabarkan sedang sakit, tetapi akhirnya batal dikarenakan Ibu menemani Bapak
periksa ke PKU Kutoarjo. Bapak merasa badannya pegal-pegal, mungkin disebabkan
karena asam urat, juga karena faktor umur. Akhirnya aku menunggu di rumah
sendiri hingga waktu Isya’. Setelah makan malam, Bapak minum obat lalu
tertidur. Sementara itu, aku dan Ibu menonton televisi sambil bercerita lagi.
Ya, lagi-lagi kami bercerita. Itulah hal yang selalu aku rindukan ketika
pulang. Bercerita hal apapun bersama Ibu. Mulai dari cerita kakak-kakakku, keponakan,
bapak, ibu, aku, saudara dekat, teman-teman, tetangga, murid-muridnya ibu,
murid lesku, teman-teman ibu, seputar pendidikan di sekolah, tentang guru,
tentang Indonesia, tentang media, artis, tentang guru ngaji, tentang masa
depan, tentang rumah, tentang masa tua, dan segala hal yang tiba-tiba terlintas
dalam pikiran kami. Kami bercerita hingga kami tertidur. Ya, tanpa kami sadari,
aku telah bercerita bersama ibu hingga tengah malam, tanpa kami sadari, waktu
telah menunjukkan pukul 01.00. Satu hari ini, aku benar-benar telah bersama
mereka. Ya Allah, meski tugas kuliahku taksempat kusenggol, tapi izinkanlah
waktu yang kugunakan untuk bersama orang-orang yang kucintai ini menjadi waktu
yang Engkau berkahi, yang Engkau ridhoi. Aku hanya ingin mereka bahagia dengan
adanya diriku. Terima kasih untuk keluarga yang Engkau titipkan untuk kujaga,
semoga aku bisa menjaga titipanMu Yaa Rabb…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^