‘Kepercayaan’.
Sebuah kata yang dulu sangat aku junjung, aku jaga karena begitu terhormatnya
kata ini. Hingga suatu ketika aku tidak lagi menjunjungnya, tak lagi ingin
menjaganya secara sembarangan. Bukan, bukan karena kata ini jelek, tak cantik,
atau apalah kau menyebutnya. Namun, karena suatu hal terjadi padaku, dan aku
mulai membenci mantera suci ini.
‘Toleransi’ dan ‘memaafkan’.
Dua kata ini sungguh ajaib. Mantera yang sanggup menghilangkan kebencianku
dengan ‘kepercayaan’. Lama-lama, aku pun mulai luluh dengan ‘kepercayaan’
gara-gara duo mantera ini. Aku hanya berharap, dua mantera ajaib ini sanggup
mengembalikan rasa hormatku pada sebuah ‘kepercayaan’. Magic!! Aku berhasil menjaga rasa hormatku pada ‘kepercayaan’.
Alamaaaakk,, darimana aku mempelajari mantera ajaib ini, ckckck…
Waktu terus berlalu,
lagi-lagi aku mengalami krisis rasa hormat pada ‘kepercayaan’. Ya, aku mulai
membencinya lagi. Namun, aku yang bodoh, atau aku yang terlalu taat pada ‘toleransi’
dan ‘memaafkan’??
“Sudahlah,,bagaimanapun
juga, ‘memaafkan’ itu mulia,” bisik hati kecilku. Baiklah, aku turuti engkau
wahai hati. Kucoba jalani hari, aku berdamai dengan hati, dengan ‘kepercayaan’.
Meskipun kau meninggalkan jejak yang tak sanggup terhapus, tapi aku akan tetap
setia pada “toleransi’ dan ‘memaafkan’.
……………………………………………….
Hari itu pun terjadi.
Seseorang kecewa denganku karena sebuah ‘kepercayaan’. Mungkinkah ini karma
baginya?? Ataukah aku yang lengah?? Ataukah aku yang lalai?? Ataukah aku yang
jengah?? Ataukah aku memang tak pantas dipercaya??
Sudahlah engkau
wahai yang mudah terbolak-balik,,,
Tak usah minta
sebuah ‘kepercayaan’ dari siapapun. Tak usah engkau minta dipercaya. Ia akan
mengalir dengan sendirinya, seperti rintik hujan yang jatuh dari awan hitam di
langit sana…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^