Pukul 8 acara telah dimulai, dua pembicara
telah datang, sementara Bang Tere belum terlihat ujung rambutnya. Saya sudah
penasaran seperti apa ta novelis yang
saya tunggu-tunggu ini?? Apakah beliau akan benar-benar datang?? Tidak berapa
lama kemudian, beberapa panitia menawarkan sesuatu pada peserta seminar
nasional yang sedang saya ikuti ini. Bagi peserta yang membawa novel Tere Liye
dan ingin mendapatkan tanda tangan asli dari Sang Penulis, diminta untuk
mengumpulkan novelnya. Fiuuuhhhh,,,rasanya seneeeenng banget ternyata Bang Tere
sudah datang. ^_^
Sambil menunggu Bang Tere menyelesaikan
goresan tanda tangannya di luar sana, saya pun menikmati sajian dari panitia
penyelenggara seminar. Daaaaannnn,, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang
juga. Sosok laki-laki berkulit putih, agak kurus, nggak begitu tinggi, memakai
celana jeans biru, sandal jepit merk Swallow berselempang hijau, sweater
coklat, kethu hijau, bawa ransel hitam, bermata sipit, berjalan cepat dan
sangat gesit menyusuri jalan tengah di antara peserta ikhwan dan peserta
akhwat. Sesampai di bagian paling depan, sosok laki-laki itu bingung akan duduk
di mana. Akhirnya sambil menunggu disilakan naik ke panggung, beliau memilih
untuk duduk di kursi peserta ikhwan di barisan paling depan. Saya langsung ribut
dan heboh sendiri, bertanya-tanya pada Fitroh (adik kos saya yang kebetulan
juga duduk di samping kanan saya), “Itukah Tere Liye???”
Ya, itulah Darwis Tere Liye, novelis yang
saya tunggu-tunggu kedatangannya. Rasa penasaran saya pun terjawab sudah.
Novelis yang bagi saya begitu keren pola pikirnya, terlihat dari gaya menulis
beliau dalam setiap novelnya, ternyata adalah sosok yang sangat sederhana,
sesederhana jalan pikirnya, serta sosok yang tidak suka dengan basa-basi. Bapak
satu anak ini juga merupakan akuntan dan
juga seorang dosen. Alhamdulillah Ya Rabb, akhirnya Engkau telah mengabulkan
permintaanku untuk bisa melihat langsung seseorang yang menjadi salah satu inspirator
hidup saya. Bang Tere kala itu mengatakan, bahwa beliau hanyalah seorang yang
pandai membuat cerita fiksi. Beliau bukanlah orang yang bermaksud menggurui dan
quotes dalam fanpagenya itu belumlah tentu benar, karena setiap orang memiliki
pandangan yang berbeda. Beliau hanya ingin menanamkan dan mengajak mindset kita
agar seperti quotes yang ia tuliskan di FPnya ataupun pesan-pesan dalam
novelnya. Salah satu pesan Bang Tere pada hari itu terangkum dalam 5 pondasi
atau 5 kaki, diantaranya :
- Semua kita adalah spesial
- Taklukkan kemalasan
- Kompetitor terbesar kita adalah diri
sendiri
- Ketekunan adalah kunci segalanya
- Lakukan yang terbaik, tidak ada
resep/tips spesial untuk menjadi spesial
Setelah ketiga pembicara selesai
menyampaikan materi, mereka bertiga kembali duduk di kursi pembicara, lebih
tepatnya di depan barisan tempat duduk saya, Mak Fair, Teteh Nisa, dan Fitroh,
tidak kurang dari satu meter jarak antara saya dan Bang Tere, hehehe… ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^