“Cepet mak...wis ditelpon Mbak Erny, dhewe wis
ditumbaske tiket. Mamel nembe wis taktelpon tak kon ning kosku, dheke gak
mudheng dalan ning Balapan,” kataku saat telepon Mak Fair.
“Pira tukune tiket?” tanya si Emak.
“Telu..” jawabku.
Begitulah,
pagi-pagi duo Emak sudah rempong
sendiri karena terlalu bersemangat akan meluncur menuju tempat penyelenggaraan
PIMNAS XXV di UMY dengan naik kereta Madiun Jaya non-AC yang dijadwalkan
berangkat pukul 08.21 WIB. Duo Emak pun semakin rempong saat si Mamel, yang sedang menyiapkan roti untuk camilan di
kereta, tak kunjung tiba. Mulai naik pitam si Emak Fair. Akhirnya, yang
ditunggu-tunggu datang juga. Mak Amrih diboncengkan Mak Fair, sementara Mamel
naik Beatnya menuju Balapan Station. Dua motor sudah
diparkir dan cukup lega saat mengetahui dari tukang parkir bahwa Madiun Jaya
belum datang, padahal waktu hampir pukul 08.21 WIB. Bertiga tetap saja berlari
menuju pintu masuk stasiun, akan tetapi mak
jleb! rasanya saat kami menghubungi Mbak Erny yang sudah berada di dalam
stasiun. Ternyata kami bertiga belum dibelikan tiket, sementara itu kaca loket
sudah dipasang tulisan “Tiket Madiun Jaya pukul 08.21 WIB HABIS”.
Huft...baiklah, ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada prameks pukul 09.10
WIB. Aku pun masuk antrean, sementara Fair dan Mamel duduk di kursi tunggu
sambil menghubungi Andita dan Mutiara yang katanya ingin bareng naik prameks pukul 09.10 WIB. Antrean super panjang, tibalah
giliranku. Namun, ada seorang Bapak yang cukup membuat kesal karena jatahku
direbutnya. Oke...lebih baik mengalah. Tiba waktuku untuk pesan 5 tiket dan
tepat saat lidahku akan mengatakan “lima” kepada petugas loket, serentak Fair
dan Mamel teriak, “Stoooppp, gak sida
tuku. Motoran sidane.” Helllooooo, haruskah aku bilang WOW! setelah antre
puanjang dan akhirnya batal?? Hmmm,, tapi cukup senang juga, karena ini saatnya
1st time untukku motoran sampai Jogja dengan nyetir motor sendiri (asyiiikkk...).
Kami berenam, diantaranya aku, Fair, Mamel, Andita, Tiara, dan Fafa (tambahan
menyusul) akhirnya berangkat menuju UMY dengan naik motor.
bersama maskot pimnas |
Di
UMY
Pertama
kali masuk pintu gerbang UMY, subhanallah...Aku
jadi teringat kala pertama kali masuk UMM (Universitas Muhammadiyah Malang). Aku
tertarik dengan arsitektur bangunan kampus UMY ini. Luas dan nilai seninya
tinggi. Kampus dengan gaya seperti ini kurasa tidak akan membuat mahasiswanya
terlalu stress dengan seabrek
kegiatan di kampus. Air mancur, sportorium, masjid, perpustakaan, gedung
perkuliahan, taman, semua dibangun dengan detail seni yang indah. Suasana
PIMNAS pun semakin terasa karena berbagai atribut PIMNAS menghiasi tiap sudut
kampus ini. Setelah parkir motor, aku pun bergabung dengan Fair, Mamel, Andita,
dan Tiara. Ternyata Erny, dkk yang naik prameks juga baru saja sampai di UMY. Sambil
melepas lelah kami pun menuju masjid kampus UMY sembari menunggu adzan dhuhur.
HP pun aku keluarkan, jari-jari menulis sms untuk Heju alias Rohandi Latif.
“Amazing! 1st time motoran tekan UMY. Ndi
kembaranmu??”
Begitulah kira-kira smsku untuk adik
staf yang punya saudara kembar di UMY. Sebenarnya ada misi terselubung antara
aku dan Mak Fair dalam kedatangan ke kampus ini, yaitu memecahkan puzzle dari Heju untuk menemukan kembarannya
(yang juga menjadi panitia PIMNAS) dan harus berfoto bersama sebagai bukti
autentiknya, hahaha.. Tak lupa aku sms anakku ISNA JATI dan SOVIA yang lolos
dalam PIMNAS tahun ini, mengabarkan bahwa kami sedang berada di masjid UMY,
mendukung mereka agar lebih bersemangat.
Pertama kali shalat di maskam UMY terasa nyaman dan sejuk. Yang aku suka adalah tempat wudhu dan juga toilet yang nyaman, bersih, dan luas. Saat sudut ini saja terasa nyaman, sudah dipastikan tempat shalatnya pasti juga lebih nyaman, dan memang demikianlah ternyata. Setelah shalat, tanpa sengaja Mamel berceloteh saat melihat ikhwan sedang duduk mendengarkan ceramah, “Lha iku kembarane Heju kayake”. Sontak Fair menyangkalnya, tapi jika diperhatikan memang gaya duduknya mirip dengan anaknya Mak Fair. Hah, lupakan, mana mungkin segampang itu memecahkan puzzle dari Heju. Menemukan satu orang tak dikenal di tengah kampus seluas ini.
stand IPB |
bukti autentik pemecahan puzzle |
Makan bareng |
sportorium |
Sportorium
terlihat semakin indah saat petang. Setelah sholat, kami tak ingin kehilangan
moment ini, foto-foto lagi deh,hahaha..Satu hal yang cukup membuat kecewa, kami
belum sempat berfoto di depan pintu gerbang UMY. Mungkin lain waktu jika masih
ada kesempatan.
Sudah...sudah...panjang bener ini cerita, jadi nggak jelas arah tujuan deh.
Mbak
Erny,dkk telah pulang lebih dulu sebelum Maghrib. Aku dan rombongan motor pun
memutuskan untuk segera pulang. Kami pun berpamitan kepada Heju II dan Hanan
sambil mengucapkan terima kasih karena telah dibersamai menjelajah UMY sekaligus
minta maaf telah merepotkan (terutama diminta jadi juru foto,hahaha).
Motor
melaju menuju Solo tercinta. Begitu senang dan semangatnya dengan pengalaman
hari itu, tak diduga ternyata kami salah ambil jalur. Motor pun terpaksa putar
balik, kami telah cukup jauh kesasar (hadeehh...).
Dengan sisa tenaga, kaki yang sudah pegal-pegal, dan badan yang mulai terasa
capainya, aku tekadkan untuk tetap semangat menuju kota tercinta. Jogja yang
sangat ramai memaksa motor tidak bisa diajak untuk ngebut. Setelah sampai di jalan Jogja-Solo, si motor pun mulai
berkenan diajak ngebut. Akhirnya kami
sampai di Solo dengan selamat. Alhamdulillah..
Rombongan motor tepar semua, hahaha...Jika kami tidak kehabisan tiket, kurasa aku
tidak akan pernah merasakan pengalaman fantastik ini. Terima kasih Tuhan...^_^
Lorong ibadah depan TV @ Kos
Mawaddah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sahabat memberikan saran,komentar, ataupun kritik. Namun, ingat yaaa, tetap jaga kesopanan ^_^