Sejak dulu, saya dikenal sebagai seorang
yang suka bercerita apa saja yang saya ketahui. Ada negatifnya ketika saya
terlalu banyak bercerita tanpa mempertimbangkan waktu, situasi, maupun kondisi.
Namun, saya juga berharap ada sisi positif di saat saya berbagi cerita pada
waktu, situasi, dan kondisi yang tepat. Kebiasaan saya bercerita ini seringnya
tertuang dalam bentuk tulisan di WhatsApp Story maupun feed instagram. Beberapa
teman mungkin mengamati apa yang saya tuangkan dalam tulisan tersebut. Hingga
suatu kali terjadi perbincangan dalam pesan WhatsApp
pada 29 Agustus 2019.
“Mriiiih… ikut yuuuk”
Sebuah ajakan yang tertulis di
bawah flyer Nulis Buku Bareng (NBB) komunitas
Pejuang Literasi dari kawan saya, @el_shafrida.
“Waahh, gimana caranya? Tapi aku lum
bisa nulis bagus, Chep”
Antara bahagia dan minder saat
mendapat ajakan tersebut. Bahagia karena seakan mendapat mimpi apa semalam?
Bisa-bisanya kawan saya tersebut nyasar
mengirimkan ajakan untuk saya. Bahkan, saya bukanlah kawan dekatnya. Hanya
saja, beberapa waktu belakangan kami memang sering mengobrol tentang sesuatu
lewat chat WhatsApp. Bertemu? Belum
pernah sejak lulus SMA. Jika berpapasan dalam kereta, mungkin pernah, tapi itu
saat kuliah dulu. Saya, adalah salah satu pengagum tulisan @el_shafrida sejak
kuliah. Ya, saya diam-diam mengagumi tulisannya karena bagi saya, dia selalu
bisa menuliskan sesuatu dari sisi lain yang cukup dalam, hingga menyentuh hati
saya sebagai seorang perempuan. Dia memang sering menuliskan sesuatu dari sudut
pandang sebagai seorang perempuan, baik sebagai anak perempuan, istri, ibu,
maupun dirinya sendiri. Saya banyak terinspirasi oleh tulisannya. Ketika
tawaran tersebut terlayangkan olehnya, saya sungguh terharu. Saya merasa ‘inilah
saatnya’ memberanikan diri meraih cita-cita memiliki karya dalam sebuah buku.
Sayangnya, rasa haru tersebut
juga diiringi rasa minder yang sungguh teramat. Saya tidak pernah percaya diri
dengan segala tulisan saya. Saya hanya senang saja berbagi cerita, tapi
menuliskannya dalam sebuah buku?? Layakkah?? Namun, lagi-lagi, @el_shafrida
atau yang biasa saya panggil dengan sapaan Cheppy, menumbuhkan kepercayaan diri
dalam diri ini. Komtemplatif, begitu kesan yang dia dapatkan dari beberapa
tulisan yang saya tulis selama ini. Entahlah, saya sendiri tak yakin dengan
pendapatnya. Namun, apa salahnya mencoba tantangan baru? Suami pun sangat
mendukung saat saya meminta izin padanya. Katanya, saya harus berkembang. Dia
tak suka jika saya hanya menjadi seorang ibu rumah tangga yang hanya fokus
memasak. Suami ingin saya mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri
saya.
Maret 2020 pada hari ke-5.
Antologi perdana saya bersama teman-teman komunitas Pejuang Literasi
diterbitkan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa tulisan saya ada yang
dimuat dalam buku ber-ISBN tersebut. Saya hanya berharap ada manfaat yang bisa
saya berikan melalui tulisan dalam antologi tersebut. Saya meyakini komunitas
ini adalah wadah yang baik, yang bisa membantu saya dalam mengembangkan diri.
Komunitas ini mengajarkan saya untuk lebih disiplin, lebih menghargai sebuah
karya apapun bentuknya, juga mengajarkan saya untuk lebih bersabar dalam
belajar dan mendampingi siapapun yang sedang belajar. Semoga semangat Bertumbuh, Berkarya, Berbagi! selalu ada
dalam setiap anggota komunitas Pejuang Literasi.
#pejuangLiterasi #kelasBatalyon
#hessaKartika #MisiAsik1